Wednesday, October 2, 2019

Memilih Teman

Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat itu kata Aristoteles.  Manusia tak mungkin tak butuh bantuan orang lain. Manusia adalah warga masyarakat. Manusia membutuhkan manusia lain. Manusia butuh berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi untuk hidup berinteraksi menjalani kehidupannya. Oleh karena itu manusia membutuhkan teman dalam hidupnya. Baik teman sebagai sesama manusia untuk berinteraksi sebagai mahluk social. Baik teman hidup yang berbeda jenis kelamin untuk melanjutkan keturunan dan memenuhi kebutuhan biologisnya.

Adanya teman bisa menjatuhkan harga diri dan kehormatan. Adanya teman bisa juga meningkatkan harga diri dan kehormatan kita. Seorang teman yang baik, tentu saja akan selalu menjaga diri kita sebaik mungkin. Seperti kita menjaga diri teman kita tersebut. Seorang teman yang baik akan selalu menjadi harga diri dan kehormatan kita.  Karena terjaganya harga diri dan kehormatan kita, adalah terjaganya harga diri dan kehormatan dirinya.

Teman yang baik adalah teman yang bisa menerima kita apa adanya.  Bukan karena menginginkan  kekayaan, pangkat, jabatan apalagi kekuasaan.  Karena pertemanan yang baik membutuhkan ketulusan hati, bukan kebusukan hati.  Demi kekayaan, pangkat, jabatan atau kekuasaan, bukan tidak mungkin seseorang yang mengaku sebagai teman kita. Akan berusaha menjilat dan mencari perhatian kita dengan segala cara, demi tercapainya tujuan mereka.  Bukan, tidak mungkin akibat terlalu besarnya nafsu diri untuk kekayaan, pangkat, jabatan dan kekuasaan akan menjadikan kita objek kebodohan dan kedunguan mereka. 
Salah memilih teman, karena kita tidak waspada atau terlalu percaya kepada seseorang mengakibatkan hancurnya harga diri dan kehormatan kita sebagai manusia di hadapan sesama manusia. Bahkan, di hadapan Allah SWT. Perilaku, sikap dan kepribadian kita dinilai dari perilaku, sikap dan kepribadian teman-teman kita.  Kita akan menjadi manusia yang baik, bila kita berada di dalam lingkungan teman-teman yang baik.  Kita akan menjadi manusia yang bodoh, dan tetap merasa pintar bila kita dikelilingi oleh orang bodoh atau dungu.

Benarlah Rasulullah SAW pernah bersabda: “Permisalan teman duduk yang shalih dan buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, bisa jadi ia akan memberimu minyak wangi, atau kamu akan membeli darinya atau kamu akan mendapat bau harum darinya. Adapun tukang pandai besi, bisa jadi ia akan membuat pakaianmu terbakar, atau kamu akan mendapat bau yang tidak sedap darinya.” (HR. Bukhari No. 2101, Muslim No. 2628)

Bila kita tidak menggunakan kecerdasan dan kewaspadaan kita dalam memilih teman.  Bukan hal yang tidak mungkin, hari demi hari, waktu demi waktu kita akan jadi bulan-bulanan kebodohan dan  kedunguan teman-teman yang berada di sekitar kita bila kita tidak waspada.  Harga diri dan kehormatan kita menjadi rusak, jatuh dan menjadi bahan guyonan orang-orang di sekitar kita.  Allah akan menjatuhkan dan membuka aib diri, dan keburukan demi keburukan dari kita akibat perilaku teman-teman yang bodoh dan dungu.

Kecerdasan merupakan modal utama untuk memilih teman yang baik dan tulus. Teman-teman yang tidak tulus dan busuk hanya akan mencelakakan diri kita.  Teman yang busuk dan dungu serta bodoh, akan memeluk dari depan tetapi menusuk dari belakang. Teman yang baik pasti berahlak baik baik. 

Jangan memilih teman yang berahlak buruk.  Karena teman yang berahlak buruk akan memberikan atmosfer yang busuk, menutup kecerdasan kita sehingga mudah marah dan emosi.  Sehingga kita mudah dikuasai oleh hawa nafsu. Jangan berteman dengan orang yang pintar tapi tidak cerdas dan tidak berakhlak. Tapi, bertemanlah dengan orang yang tidak hanya pintar tapi juga cerdas dan berahlak baik.  Seorang teman yang pintar belum tentu cerdas dan belum tentu berahlak baik. Tetapi teman yang cerdas dipastikan akan pintar dan berahlak baik.

No comments:

Post a Comment