Wednesday, October 2, 2019

Mata Hati

Setelah ramai beberapa waktu lalu adanya do'a yang tertukar yang dilakukan oleh seorang Kiai Sepuh terhadap salah satu capres. Entah bagaimana, lidah Kiai Sepuh terpeleset malah menyebut capres yang justru saingan dari capres yang ada di sampingnya. Kita maklumi, doa tersebut kemudian diralat. Ralat do'a dilakukan dalam kamar Kiai Sepuh, dengan penampilan salah seorang pendukung utama capres yang tertukar do'anya itu. Yang kini malah tertukar mendekam di kamar tahanan KPK. Kata hati tidak bisa diakali.

Media sosial kembali diramaikan beredarnya video yang menceritakan orasi yang tertukar. Pada video tersebut, terdengar seorang orator dengan berapi-api mengajak seluruh peserta yang hadir untuk memilihi salah satu capres. Tiba-tiba lidah sang orator terpeleset. Alih-alih mengajak agar peserta memilih capres sesuai dengan pilihan mereka. Sang orator malah jelas terdengar mengajak mendukung capres saingannya! Walaupun, ucapannya tidak berlanjut tapi jelas tegas tertangkap maksudnya. Suara hati, tidak bisa dibungkam.

Kemarin, hati dibuat masygul. Beberapa media mainstream, menggoreng pernyataan beberapa tokoh yang menyatakan salah satu capres didukung oleh orang baik. Itu tidak salah, itu hak setiap manusia untuk menunjukkan dukungan pada jagoannya. Seorang manusia berhak menilai seorang manusia lainnya apakah baik atau buruk berdasarkan apa yang diyakini dan dirasakannya.

Kita berhak melihat seseorang apakah baik atau tidak karakteristiknya, berdasarkan penilaian subjektif yang didasari mata hati. Hati kecil kita, sering membisiki akal dan pikiran kita apakah seseorang itu baik atau tidak.  Namun, tidak semua orang bisa "mendengar" bisikan hatinya. Karena, tertutup oleh beberapa faktor yang juga bersifat subjektif berdasarkan faktor untung rugi duniawi semata.

Mata dan lidah adalah pancaran hati. Pandangan mata seseorang, mencerminkan hati. Jiwa kita akan merasakan kesejukan, keteduhan, kelembutan, kedamaian dan kebeningan bila memandang mata atau mendengar lidah orang-orang yang berhati baik. Sebaliknya, jiwa kita akan merasakan ketidaknyamanan, kejahatan, keburukan, kekerasan, jiwa yang kosong, rakus, licik, kering dan gersang, kejam dan sifat buruk lainnya hanya dengan melihat pandangan mata dan mendengar ucapan  dari lidah seseorang.

Hati yang baik hanya bisa disentuh oleh hati yang baik. Jiwa yang halus budi pekertinya, hanya akan bisa tersentuh oleh budi pekerti yang baik pula. Hati yang baik akan merasakan, melihat dan mendengar hati dan jiwa yang jahat, dan tubuhnya akan menghindari dan tidak akan mendekatinya.  Sebaliknya, hati yang tidak baik, busuk dan jahat akan selalu menolak hati yang baik. Tidaklah bisa bercampur air dengan minyak.

Gunakan mata hati, saat kita akan memilah dan memilih para pemimpin kita. Pilihlah, pemimpin yang dikelilingi orang-orang yang benar-benar baik dalam arti sebenarnya. Bukan baik, karena ucapan seseorang yang terlihat baik. Jangan, jadikan dasar ucapan seseorang untuk menentukan pilihan kita. Gunakan mata hati kita sebelum mencoblos paké mata paku!😋

Dess2019

No comments:

Post a Comment