Monday, December 17, 2012

Kepingan Mutiara Retak Sang Ustadz






"Panggil saja saya, Ustadz Birin", jawabnya saat ditanya namanya.  Ia adalah sosok manusia yang mungkin sudah langka di zaman edan sekarang ini. Di saat manusia berlomba mengejar harta dan kekayaan.  Ia asyik masyuk, dalam dunianya sendiri. Berjuang, tanpa lelah mencerdaskan tunas bangsa. Yang berserak di kampungnya! Anak-anak bangsa yang haus akan pendidikan.

Pertemuan dengan Ustadz Birin diawali saat kami, akan menyampaikan amanat dari para donatur. Paket berupa tas sekolah, baju muslim, mie instant serta pakaian layak pakai yang dikumpulkan dari sesama goweser. Bahkan, salam hormat dan takjub khusus layak disampaikan kepada Sang Master Kang Coe beserta si Bungsu Gheo. Mereka ikhlas gowes berangkat dari Cimahi ! yang berjarak lebih kurang 100 km! Demi berpartisipasi gowes bareng bakti sosial di Talaga Bodas.
Gowes Bareng Bakti Sosial (Gobarbakso) dengan antusias diikuti oleh berbagai komunitas goweser dari Bandung yang dikomandani Kang Ary Mustafa, Kang Dani, Kang Haji dari Pinest Cycling. KGC Garut mountainbike, jadi fasilitator tentunya.


Ustadz Birin, yang berpakaian teramat lusuh. Dengan bahasa yang sederhana kemudian bercerita.

Dulunya, kawasan kompleks ini disewa Pertamina. Mesjid serta ruangan dari kontener kemudian dipercayakan pada saya, untuk dijadikan kegiatan mengaji dan mengajar untuk anak-anak desa Wanakerta yang berjarak 1,6 km dari sini.


Waktu itu, saya dijanjikan digaji bulanan. Alhamdulillah, murid-murid yang belajar waktu itu sampai 70 orang. Tidak saja dari Wanakerta tapi juga dari berbagai daerah lainnya. Bahkan, ada yang dari Bungbulang, Malangbong, Banyuresmi dan lain-lain.

Waktu itu, saya beserta 5 orang teman. Bahkan dipercaya untuk menjadi SD jauh (filial) sekolah negeri di Cicapar. Kemudian, menjadi pusat kegiatan belajar SMP terbuka di sini. Kami pernah mendapatkan bantuan buku paket SMP terbuka satu truk penuh langsung dari Jakarta. (Sisa buku-buku paket SMP terbuka. Masih tersisa dan rapih tersusun di rak sederhana di dalam mesjid)



Anak- anak yang bersekolah di SD negeri, malahan banyak yang pindah ke sini. "Diasramakan" lah, mungkin istilahnya? Walaupun, asramanya hanya dari peti kemas bekas proyek. Suasana di sini kan sangat nyaman, di tengah hutan, udaranya segar. Jadi banyak orangtua yang percaya dan menitipkan mereka di sini.

Sayangnya, pada tahun keempat. Gaji tidak selancar yang dijanjikan. Malahan sering tidak dibayar. Kelima guru teman saya, tidak tahan. Karena mereka sudah berkeluarga dan harus menafkahi keluarganya. Akhirnya, mereka berhenti. Tinggal saya sendiri.

Dua tahun, saya terus berusaha bertahan. Terus mengajar di sini walaupun tidak ada yang menggaji.  Karena, kasihan pada anak-anak yang masih bertahan. Saya mencoba bertahan menemani dan mengajar mereka.

Untuk menafkahi isteri dan tiga anak.  Saya menjadi kuli atau buruh tani atau hanya sekedar jadi tukang menanam pohon keras di kebun orang. Sorenya, saya kemudian mengajar anak-anak di dalam mesjid. Tentunya dengan sisa tenaga dan pikiran seadanya.


Namun, setelah berusaha keras. Akhirnya, sekolah kami bubar. Terpaksa saya pun, kembali ke desa Wanakerta. Mengajar ngaji di rumah. Sedangkan mesjid ini, tetap digunakan oleh warga untuk sholat Jumat. Mesjid ini tiap hari Jumat dan Minggu, saya minta murid saya, Rohimah dan kawan-kawannya membersihkannnya.


Harapan saya, kalau seandainya ada yang mau mendanai. Tempat ini, bisa kembali menjadi tempat sekolah anak-anak. Saya kembali bisa mengajar dan mengamalkan ilmu saya. Walaupun mungkin hanya sedikit, karena saya cuma lulus SMA.

Dengan segala kesederhanaannya, Ustadz Birin berbicara panjang lebar. Tanpa lelah, terus berusaha mengajar dan berpengharapan besar untuk mengamalkan dan berbagi ilmu walaupun dia hanya lulusan SMA. Tak berharap, jadi pegawai negeri. Sekedar cukup untuk menafkahi anak dan istrinya.

Berkah, dari ilmu yang diberikan, anak perempuannya bisa bersekolah di SMA atas donasi dari seorang guru yang dulu menitipkan anaknya belajar di "sekolah"-nya.


Sunday, November 25, 2012

Berburu Informasi dari Bungkus Kerupuk Gurilem



1976-1983

Berlangganan koran pada tahun-tahun 70an hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu. Waktu itu, yang berlangganan koran paling dekat  dengan rumah adalah sebuah toko obat satu-satunya di Batujajar. Mang Udan adalah pemilik toko obat yang menjadi tempat membaca koran gratis.

Para pemburu iformasi tidak hanya dari orang biasa. Tetapi juga para prajurit Kopasandha yang asrama dan pusat latihannya berhadapan dengan toko obat itu. Dahulu, antara rakyat biasa dengan prajurit hubungannya sangat erat. Sangat dekat sehingga rakyat di Batujajar pun bisa bebas bermain di asrama dan area latihan. Sekarang mah, lapangan RA Fadillah tempat masyarakat biasa berolah raga, tempat bermain seluruh anak2 di batujajar pun tertutup rapat benteng hijau :(

Setiap ada waktu luang, pulang sekolah, siang hari, atau bahkan sore hari, dipastikan menyempatkan diri meminjam koran PR, Sipatahunan, Giwangkara atau Galura dari Mang Aep atau Ohan yang menunggui toko obat itu. Bisa bertahan, berjam-jam hanya sekedar membaca koran yang biasanya sudah lusuh dibaca puluhan orang.

Kegemaran membaca koran ditularkan dari ayah, yang sering juga mengunjungi toko obat itu semasa bertugas di Kopasandha. Kadangkala datang berdua dengan Aush, sang kakak. Karena koran hanya ada satu. Biasanya, halaman koran dibagi agar biasa dibaca banyak orang.  Jadi kalau membaca koran yang beritanya bersambung ke halaman lain. Kudu menunggu dulu, untuk menamatkan beritanya. Karena halaman sambungannya sedang dibaca oleh orang lain :(

Kalau hari Selasa atau Jumat, koran biasanya ada tiga. Yaitu koran berbahasa Sunda, Giwangkara, Galura dan Sipatahunan. Walaupun hanya terbit seminggu dua kali, kedua koran itu sangat dinanti-nanti dan digemari. Karena lebih banyak dongengnya.

Satu cerita yang masih ingat sampai sekarang adalah cerita komik bersambung, tentang seorang manusia yang menikah dengan kuntilanak. Si Kuntilanak bisa berubah menjadi manusia biasa dan menikah. Karena di kepalanya ditusukan jarum pentul oleh suaminya. Saat anak mereka disuruh membersihkan kutu rambut sang ibu. Sang anak, melihat jarum pentul yang tertancap di kepala ibunya. Saat dicabut, dalam sekejap ibunya kembali berubah menjadi kuntilanak.

Seringkali saat makan kerupuk awur (gurilem) yang dipincuk (dibungkus) sobekan koran. Pincukan/sobekan koran bekas bungkus itu tidak langsung dibuang. Tapi dirapikan, dibersihkan dulu dari bekas minyak dan remah bekas gurilem kemudian kata demi kata, gambar dan berita  yang terpotong dibaca. Bahkan berganti-tukar dengan  "koran" Aush, sang kakak.

Alhamdulillah, walaupun membaca dari pinjaman dan dari bekas bungkus kerupuk Gurilem. Selama di SD dan SMP untuk pelajaran pengetahun umum (IPS dan PMP) di raport selalu dapat nilai 10 :)

Friday, November 23, 2012

Petani Sniper

1983
Waktu duduk di kelas 2 SMP Negeri Batujajar, bukan sekali dua kali diajak Ayahanda membantu sekedar membawa pupuk kandang, mencangkul atau menyiangi sawah. Letak sawah, lebih kurang 500 meter di depan sekolah.

Teman-teman satu kelas dan guru sudah maklum kalau saya berpakaian kumal. Lewat depan sekolah sambil membawa cangkul atau karung berisi pupuk kandang! Beriringan dengan Ayahanda, berarti hari itu saya bolos sekolah.

Ayah, adalah seorang petani. Walaupun sebenarnya beliau berdinas di RPKAD dengan pangkat PELTU. Beberapa kali, ditawarkan untuk SECAPA tapi beliau menolak dengan berbagai alasan. Selepas pensiun, beliau lebih suka jadi petani. Asli petani. Sawah milik sendiri, dikelola, diolah, dan dirawat sendiri. Ayah, sangat menikmati masa pensiunnya dengan bertani.

Beliau mengajarkan kerja keras, kegigihan, kesabaran, kelembutan dan kepedulian terhadap sesama. Tegas, disiplin tapi penuh kelembutan. Menanggapi masalah selalu dengan hati dingin, dan rasional. Selalu tersenyum, disukai oleh anak-anak, remaja dan orang tua karena sering becanda. Memberi pelajaran langsung dengan mencontohkan, dengan kerja, bukti nyata. Tidak teori belaka.

Satu hari, saat mengikuti beliau untuk menyiangi sawah (sunda; ngagasrok). Di bahu kami masing2 tergantung cangkul. Di tengah jalan, dua orang pemuda sedang membidik burung pipit di atas ranting pohon nangka.

Kami pun berhenti. Melihat aksi mereka. Tapi, beberapa kali pemuda yang membidik. Tembakannya selalu meleset. Ayah, sepertinya geregetan. Beliau, meletakan  cangkul yang tergantung di bahunya.

"Coba pinjam senapannya!", pinta ayah pada pemuda yang memegang senapan angin.
Ayah mengambil posisi, kedua matanya tajam menatap sasaran.   Menahan nafas sebentar. Diam sesat, jarinya tangan Kanannya yang tersisa tiga buah tampak mulai bergerak perlahan. Setelah, yakin dan mantap. Telunjuknya, langsung menekan trigger senapan...

"Desss...!!!" Terdengas letusan khas senapan angin. Satu buah nangka yang masih kecil terjatuh. Tertembak tepat di tangkainya!!! Getah menetes dari sisa tangkai di pangkalnya yan berjarak lebih kurang 10 meteran dari tanah.

"Nah, begitu caranya menembak. Popor harus tepat di bahu. Ajeg, mata jangan dipicingkan! Tahan nafas dan fokus ke sasaran. Tapi, tolong jangan jadikan burung atau mahluk hidup sasaran!" Kata ayah panjang lebar menjelaskan, sambil melemparkan senapan angin kepada pemiliknya.

Kedua pemuda itu terbengong-bengong. Kaget dan malu, karena bidikan dan tembakannya dikalahkan oleh seorang petani berpakaian kumal!




Thursday, November 22, 2012

Mentertawakan Ditertawakan

1992
Heboh. Itulah yang terjadi pada jemaah haji.  Di bandara  pada waktu akan naik pesawat, heboh nyari tempat duduk seperti layaknya naik bis. Padahal di tiket sudah dicantumkan nomor kursi. Ada yang ngotot, ingin duduk dekat jendela karena ingin melihat pemandangan. Yang menggelikan, beberapa orang yang duduknya harus di lantai dua (Pesawat jumbo). Menolak. Mereka, ingin duduk di lantai bawah pesawat. Usut punya usut, ternyata mereka ketakutan. Karena di lantai dua, tidak ada pilotnya!

Heboh, adalah situasi yang sudah biasa terjadi dalam pelaksanaan ibadah haji. Pun pada saat kepulangan ke tanah air. Seringkali pesawat delay, harus menunggu cukup lama. Sudah menunggu cukup lama ternyata gate di pindah. Heboh, semua berlari-lari menuju gate yang diumumkan. Semua ingin di depan. Berlari-lari sambil menyeret troli atau koper masing-masing.

Di tengah kesibukan dan kehebohan bandara. Para petugas cleaning service, melaksanakan tugas seperti biasa. Mereka sepertinya sudah terbiasa dengan hiruk pikuk di tempat tugasnya.

Entah kenapa, tiba-tiba salah seorang petugas kebersihan bandara terpeleset. Jatuh terlentang. Dua saudara kandung, yang sedang berjalan mendorong koper. Melihat kejadian itu sontak malah tertawa, sampai terpingkal-pingkal. Sambil nunjuk ke petugas kebersihan yang terjatuh.

Lucunya, tidak sampai dalam hitungan detik. Masih di depan si petugas cleaning service. Tiba-tiba, siuuuuuttt...blug! Kedua saudara kandung saya juga terpeleset dan jatuh terlentang. Ditertawakan oleh orang yang tadi ditertawakan mereka :]

Monday, November 19, 2012

Halah Masa RPKAD Koq Nyasar?!

1992
Seorang pensiunan RPKAD (sekarang Kopassus) berpangkat perwira berniat melakukan lempar jumroh sendirian.  Istrinya beberapa kali mengingatkan.  "Pa, hati-hati nyasar. Lebih baik, nanti kita berangkat bersama rombongan!", pinta istrinya.
"Halah, masa RPKAD koq nyasar. Ini kan kota, di hutan belantara saja pantang untuk RPKAD nyasar!!!",ujar suaminya dengan penuh keyakinan.
Akhirnya, di tengah udara shubuh yang sejuk diapun berangkat sendirian melempar jumroh.

Namun, sampai pukul 2 sore. Sang perwira itu belum juga kembali.
Sang istri pun yang berangkat bersama rombongan sudah kembali ke tenda. Saat duduk di dalam tenda, beberapa kali dia melihat suaminya berputar-putar di depan tenda.  Namun, saat dipanggil.  Sang Suami, sepertinya tidak mendengar. Terus berjalan, berlalu melewati tenda.
Sekitar jam 5 sore, barulah Sang Perwira muncul di depan pintu tenda. Wajahnya lusuh, rasa letih tidak bisa disembunyikan dari sorot matanya.

"Waduh, Bu...Astagfirullahal adziim! Allahu Akbar...Alhamdulillah, ketemu juga! Aku nyasar Bu! Keliling-keliling nyari tenda gak ketemu-ketemu!" ujarnya setengah berteriak pada isterinya.  Semua jemaah yang berada dalam satu tenda pun, gembira. Rasa khawatir yang menyelimuti mereka, hilang sudah.

"Bapak tobat Bu...jangan-jangan aku tersesat karena omongan Bapak waktu dinasehatin Ibu pas mau berangkat gak mau mendengar!" Bapak perwira itu, mengaku tobat pada isterinya.

"Lha, Bapak ini nyasar gimana? Wong, tadi beberapa kali. Saya lihat di depan tenda. Dipanggil, gak denger-denger!" Ujar isterinya.

Air Selalu Kering pada Waktu akan Berwudhu

1992
Ibu itu tertunduk lesu, sendu di depan pintu kamar mandi. Hampir menangis. Wajahnya pucat, penuh rasa khawatir. Saat di dekati, Ibu itu bercerita dengan terbata-bata.
"Setiap kali saya mau berwudhu, mandi bahkan buang air kecil. Kenapa ya air keran seperti macet. Airnya gak keluar", ujarnya.

Padahal sebelumnya dia mendengar gemericik air pada saat orang lain berada di dalam kamar mandi.  Diapun melihat, bahwa setiap orang yang keluar dari kamar mandi.  Terpancar rasa segar bugar, dengan wajah tersenyum. Rambut dan tubuh atau baju mereka basah.

Cuma bisa garuk-garuk kepala. Gak bisa ngasih komen. Lalu minta ijin, untuk masuk ke kamar mandi karena kebelet. Aneh, air segini banyaknya koq dibilang kering? Hati berbisik pada diri sendiri.  Saat keluar dari pintu kamar mandi, Ibu itu masih berdiri di depan pintu kamar mandi sebelah kiri.

"Ibu, coba beristigfar...barangkali ada sesuatu hal yang kurang baik sering dilakukan Ibu sewaktu di tanah air!" saran saya kepada Ibu itu.  Karena tidak kuat, menahan rasa iba melihatnya yang terus kebingungan.
Menurut. Bibirnya pun beristigfar berulang-ulang, dengan pandangan kosong menerawang. Alhamdulillah, Allah membukakan hati Ibu itu.  Tak lama kemudian, dia pun terisak-isak menangis. Memohon ampun kepada sang Khalik.

Dia mengakui, di desanya dia mempunyai sawah yang cukup luas.  Panen bisa tiga kali dalam satu tahun karena  dilewati saluran irigasi di bagian atasnya. Jarang sekali dia memberikan aliran air, ke sawah milik orang lain.  Kecuali, bila sawahnya telah dipenuhi dan tercukupi airnya.  Barulah air dialirkan ke sawah milik orang lain.  Itu pun tetap kudu melewati sawahnya terlebih dahulu.

Wallohu a'lam bi showab

Tuesday, November 13, 2012

Haram Hajj!


Hijir Ismail, adalah tempat yang berdampingan dengan Ka'bah, terletak di sebelah utara Ka'bah.  Hijir ismail ditandai dengan tembok berbentuk setengah lingkaran setinggi 1,5 meter. Hijir Ismail ini dahulu merupakan tempat tinggal Nabi Ismail, disitulah Nabi Ismail tinggal semasa hidupnya dan kemudian menjadi kuburan beliau dan juga ibunya.

Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam bersabda, sebagian dari Hijir Ismail itu adalah termasuk dalam Ka'bah. Ini diriwayatkan oleh Abu Daud dari 'Aisyah r.a. yang berbunyi : 'Dari 'Aisyah r.a. katanya; "Aku sangat ingin memasuki Ka'bah untuk melakukan sholat di dalamnya. Rasulullah s.a.w. membawa Siti 'Aisyah ke dalam Hijir Ismail sambil berkata " Sholatlah kamu di sini jika kamu ingin sholat di dalam Ka'bah, karena ini termasuk sebagian dari Ka'bah.

Sholat di Hijir Ismail adalah sunnah, dalam arti tidak wajib dan tidak ada kaitan dengan rangkaian kegiatan ibadah Haji atau ibadah Umroh. Seringkali pada waktu ingin melakukan sholat di Hijir Ismail ini, harus antri. Seringkali bahkan tidak kebagian tempat. Karena jumlah jamaah haji yang terus meningkat  tiap tahunnya sedangkan luas Hijir Ismail tetap. 

Walaupun tempat sempit, biasanya tempat sholat jemaah wanita dan laki-laki dipisahkan.  Jadi tidak terjadi hal yang diinginkan. Sekali waktu,  menyempatkan dan setengah memaksakan diri,  melakukan sholat sunah di Hijir Ismail. Saat itu suasananya teramat sangat padat.  Setelah ada kesempatan dan ada ruang kosong sedikit diantara batas laki-laki dan wanita. Saya sholat sunah di sana. 

Rakaat ke satu, tidak ada masalah.  Namun, saat dudut tahiyat akhir. Tiba-tiba, kepala saya ada yang mengucek-ngucek dari belakang. Si pelaku, terdengar bersuara:"Haram Haj! Haram!"   Saya terhenyak. Batal. Lalu saya melihat ke belakang. Subhanallah! Ternyata asykar (polisi) wanita, berbaju hitam, berkulit hitam. Bahkan saking hitamnya, kulitnya tampak seperti abu-abu! Mata dan giginya besar! Sambil tersenyum, dia berkali-kali mengatakan, haram haj!

Bingung, jengkel karena sholat dan wudhu saya jadi batal.  Saya keluar dari Hijir Ismail, dengan diikuti tatapan dan senyuman dari asykar perempuan itu.  Ya Allah, apa yang telah terjadi dengan saya. Namun, sekejap langsung saya teringat.  Saat di tanah air. 

Semasa kuliah, saya seringkali mengucek-ngucek rambut Eka Septiani, seorang teman perempuan semasa kuliah. Saking akrabnya seperti ke adik sendiri.  Tanpa rasa bersalah, hal itu seringkali dilakukan sambil tertawa-tawa. Hal itu dilakukan, karena geregetan melihat rambut Eka Septiani yang selalu diponi dan rapih! Mungkin, saat itu Eka, tertawa.  Tapi dalam hatinya, tidak ikhlas selain memang bukan muhrim!

"Hilang" di Mesjid Haramain


1992
Selesai mencium Hajar Aswad, dengan penuh rasa syukur. Langsung menuju ke pilar pertama depan Ka'bah di garis cokelat tanda "start" untuk berthowaf. Tujuan hanya, satu. Menjemput Emak, dan langsung kembali ke penginapan.

Namun, tiba di pilar tempat Emak tadi ditempatkan sebelum ditinggal mencium Hajar Aswad.  Ternyata, Emak tidak tampak. Padahal, yakin seyakin-yakinnya. Tadi ditempatkan di pilar pertama depan Ka'bah yang ditandai garis cokelat memanjang di lantai yang menandai awal dari thowaf. Terkesiap. Panik perlahan menohok. Setiap ada jemaah Indonesia yang ada di dekat sekitar pilar terdekat ditanya.  Apakah melihat seorang ibu bermukena yang ditandai pita merah di kepala? Semua geleng kepala. Sesekali, bertanya memakai bahasa Arab pasaran dan Inggris kepada orang asing yang berkulit hitam, berkulit putih...jawaban sama."Tidak tahu!", "La adri!", "No!" itu jawaban mereka.

Parameter pencarian diperluas, mata mencoba awas. Tapi sang Bunda tidak juga ditemukan. Perlahan doa, mengalir dari hati sanubari. Ya Allah, kembalikanlah Ibu...Keringat dingin perlahan mengucur! Ketakutan mulai meliputi seluruh jiwa dan raga.  Hampir dua jam, bolak-balik di pilar tempat Emak pertama ditempatkan.  Mengelilingi pilar  di sekitarnya pilar pertama berulang-ulang tidak juga bersua dengan Bunda.

Akhirnya, sholat mutlak dua rakaat. Dilanjutkan dengan sholat hajat dua rakaat. Bermunajat ,memohon...bersujud. Menangis.  Entah dari mana. Emak, sudah ada di belakang. Beliau menepuk bahu, "Heh, ari Deden kunaon? bet ceurik titatadi digeroan ku emak teu ngalieuk wae! Kalah kukurilingan jiga nu bingung!" ujar Emak sambil tersenyum. (Heh, kamu kenapa? Malah, menangis dari tadi ditegur, dipanggil-panggil sepertinya tidak mendengar! Malah keliling sana sini seperti orang bingung).

Hanya bisa tersipu. Tangan Emak, repleks dicium. Tubuh Emak, dipeluk erat dalam tangis bahagia.  Biarlah Emak tidak tahu, kenapa beliau tiba "hilang" dan "muncul" juga secara tiba-tiba. Hanya Allah dan Rasulnya yang tahu...terbersit rasa dosa, karena ada khilaf pada Bunda, saat akan mencium Hajar Aswad!

"Ditolong" Dua Ibu Mencium Hajar Aswad


1992
Usai melaksanakan sholat Shubuh berjamaah di Mesjid Haram, biasanya dilanjutkan dengan menunggu waktu Dhuha. Biasanya diisi dengan dzikir, membaca Al Quran, mencari sarapan teh susu dan roti Arab.

Setelah menyelesaikan sholat Dhuha, berniat melakukan thawaf sunah. Sekalian berniat, ingin mencium Hajar Aswad.  Waktu itu teramat ramai. Kecil kemungkinan untuk berhasil.  There is a will, there is a way. Ada kemauan pasti ada jalan.  Bulat tekad, untuk mencoba mencium hajar Aswad. Berhasil atau tidaknya, serahkan pada kekuasaan Allah.

Tentunya, upaya tersebut tidak bisa dilakukan bila Emak dibawa ikut serta.  Jangankan untuk ikut mencium Hajar Aswad.  Untuk thawaf sunat pun beliau tidak bisa.  Akhirnya, setelah memohon ijin dan meminta restunya.  Emak, ditempatkan di sebuah pilar mesjid  paling depan yang lurus dengan pal cokelat batas mulai thawaf. Dengan tujuan, agar mudah mencari dan menemukan Emak. Pada saat selesai thawaf.

Thawaf, putaran demi putaran dapat terlaksana tanpa hambatan apapun. Tapi keinginan, untuk mencium Hajar Aswad beberapa kali kandas.  Akhirnya pada putaran terakhir, tubuh bisa mendekat ke tempat Hajar Aswad.  Alhamdulillah, sudah dekat.  Tepat, ketika hampir sepenggalan tangan akan meraih logam pelindung Hajar Aswad.  Mata terpaku pada dua orang ibu  yang hampir tergencet.  Hampir terjatuh! Di atas mukena yang dikenakan kedua ibu itu, tampak pita biru tertindik peniti, dengan tulisan "Palembang". Kedua ibu itu merintih dan meminta tolong untuk bisa keluar dari desakan jemaah yang mendorong ke arah Hajar Aswad.

Jeritan dan permintaan tolong dari kedua ibu itu sepertinya tidak ada yang mendengar. Mata lekat, menatap mata mereka yang diliput harap untuk diselamatkan. Lengan yang sudah hampir meraih logam penutup Ka'bah, refleks malah memegang pundak salah seorang Ibu yang hampir terjatuh.  Entah kekuatan dari mana. Ringan saja, tubuh si ibu terangkat dengan dipegang leher belakangnya hanya dengan satu lengan. Ibu kedua, Alhamdulillah, terselamatkan juga dengan cara sama yang tidak masuk diakal! Kedua ibu itu, beberapa kali mengucap syukur dan berterima kasih. Bertiga mengucap Alhamdulillah...

Anehnya pasca  menolong kedua ibu itu. Diantara jemaah yang berdesakan untuk mencium Hajar Aswad. Tampak seperti sebuah "lorong panjang" langsung menuju Hajar Aswad. Tidak tertutup atau terhalang oleh tubuh para jemaah yang berjubel dengan tujuan sama. Mencium Hajar Aswad!  Terkesiap sejenak dengan keanehan itu.  Namun, akal sehat menyatakan; sekarang atau tidak sama sekali. Masuk ke lorong di antara tubuh para jemaah yang berdesakan.  Langsung mencium Hajar Aswad tanpa kesulitan, tanpa kendala, tanpa halangan sama sekali. Lama mencium hajar Aswad dengan membuncahkan sejuta doa. Subhanallah, Alhamdulillah.

Thowaf Sambil Memeluk Sang Bunda

1992
Thawaf ifadoh, dilakukan pada malam hari dengan harapan tidak terlalu ramai dan tidak terlalu panas.. Karena Sang Bunda sudah ujur, dan sering sakit-sakitan. Ibu tercinta, yang saya panggil Emak. Terlihat sangat kelelahan.  Fisiknya terkuras pasca ibadah wukuf di Arafah serta melempar jumroh di Mina.  Kondisi tubuhnya benar-benar teramat lemah.  Diperparah dengan sakit kencing manis yang sudah dideritanya lebih kurang 1 tahun.  

Dengan hati-hati dan penuh rasa iba yang teramat dalam.  Untuk menjaga agar beliau tetap terjaga, dan sedikit menyegarkan kondisinya.  Beberapa kali, saya usap muka beliau dengan air zam-zam dari sebuah botol aqua.  Beberapa kali, saya berbisik. menghibur dan semangati beliau. Agar tabah, dan bersabar serta terus untuk berjalan melaksanakan thawaf. Rasa iba yang teramat dalam, tidak terasa mata berair. Beliau hanya bisa berbisik pelan: "Emak tunduh Den. hoyong bobo!" (Ibu ngantuk Den.  Ingin tidur!). Bingung, kalau tertidur. Dipastikan beliau akan susah kembali untuk thowaf.  Belum kondisi areal Shofa-Marwah yang teramat ramai oleh jemaah haji. Terlalu besar resikonya, bila beliau tertidur.

"Hayu Ma, urang mapah deui...lalaunan we. Ulah dipaksakeun.  Upami teu kiat mah urang nganggo korsi roda nya!" Ujar saya pelan. (Mari Bu, kita jalan pelan-pelan saja. Sekuatnya, kalau tidak kuat. Ibu bisa naik kursi roda saja ya!"). Kembali saya cuci muka beliau, pelan.  Keningnya saya cium. Berupaya keras membangunkan semangat dan mengusir rasa kantuknya. Beliau waktu itu, hanya mengangguk pelan. Matanya kelihatan teramat sayu. Mungkin mengantuk atau seperti yang saya bilang, kadar gulanya yang ngedrop. Bahu beliau lekat dalam pelukan lengan kanan agar tidak terjatuh.  Sesekali lengan kiri, mengambil botol aqua. Menuangkan air zam-zam ke atas telapak tangan kanan untuk membasuh mukanya. Sesekali beliau minum dari botol tersebut. 

Mendekap, merangkul bahu beliau.  Tak henti, batin menangis, berdoa. Allah memberikan kekuatan pada Emak. Satu demi satu, hitungan demi hitungan kami jalani cukup lama. Diselingi istirahat beberapa kali. Akhirnya 7 kali perjalanan Shofa-Marwah dapat diselesaikan lebih kurang pukul 21 malam. Lama. Bahkan, mungkin teramat lama bagi orang lain yang kondisi tubuhnya sehat.  Jarak bukit Shofa-Marwah total lebih kurang 2800 yang ditempuh dalam 2 balik (vise versa) memakan waktu 2 jam lebih. Alhamdulillah, beliau bisa menyelesaikannya walaupun dengan susah payah. Insya Allah, haji Emak Mabrur...Amien.




Sunday, November 11, 2012

Inspirasi Ngeblog

Dimulai dari seorang teman, akhirnya pada 12 Nopember 2012. Diputuskan untuk kembali ngeblog selain mencoba terus menulis dan mengelola http://kgcmtb.wordpress.com. Manfaat menulis, sangat terasa dalam mengolah asa, rasa dan bahasa.


Dituntut kemauan dan keinginan untuk mampu menjentik asa, untuk mengolah rasa. Menyusun kata demi kata, kalimat demi kalimat dalam bahasa yang renyah untuk dibaca. Sebenarnya sering dulu membuat blog baik di multiply, yang kini sudah menutup pintu untuk blogging. Di wordpress dan di blogspot ini kali ketiga mencoba untuk merintis kembali :)

Menulis adalah masalah hati, tidak bisa dipaksakan. Bisa dipaksakan tapi mungkin hasilnya tidak akan sebaik pada waktu mood kita on fire. Seperti detik ini, mood menulis sedang membaik. Diawali dengan sapaan seorang sahabat yang bercerita tentang kesukaannya pada blogging dan photography.(http://yogisunardi.blogspot.com)

Bingung. Itulah, hal pertama yang dihadapi saat mengawali lagi blog ini. Kebingungan adalah awal dari keinginan kita untuk memahami dan mengerti sesuatu. Mencoba mencari tahu kenapa bingung, dengan menelusuri setiap permasalahan yang membingungkan kita. Karena jawaban yang ditemukan tidak juga memuaskan.

Awalnya di halaman ini hanya menulis "tes". That's it! :) Hari kedua, 13 Nopember 2012 yaitu hari ini. Ingatan dan pemahaman dalam mengatur tampilan blog dan lain-lain mulai kembali. Klik sana, untuk merubah theme, klik ini untuk mengubah tampilan warna, klik di sono untuk mengubah tampilan font. Terus dicoba dan dicoba. Istilah kerennya "trial and error".

Seperti biasanya, karena termasuk orang yang malas membaca "help". Cara belajar dan mengerti sesuatu, lebih suka untuk dicoba dan gagal. Gagal, coba lagi yang lain...begitu seterusnya sampai memahami dan mengerti sendiri. Mungkin hal ini, kebiasaan dari kecil. Belajar Bahasa Inggris yang cenderung otodidak dari SD kelas 4 sampai belajar komputer, program word, excel, corel, internet dan lain sebagainya. Lebih suka untuk mencari dan memahami sendiri. Tapi tidak menutup kemungkinan untuk bertanya kepada yang lebih mengerti. Tapi,kalau disuruh membaca manual atau help? Tetap saja, kurang minat :(

Tok...mood sudah mulai menurun. Tidak tahu, untuk menulis apa lagi. Kalau sudah mencapai titik ini. Berhentilah :)