Wednesday, October 2, 2019

Ditilang

Suatu waktu, saat membawa kendaraan di daérah Cibatu. Di tengah jalan, tampak beberapa orang polisi sedang menggelar operasi tilang.
Degh, hati jadi deg-deg plas. Gimana enggak deg-degan, dompet ketinggalan. Padahal surat-surat kendaraan di dalam dompet yang ketinggalan. Mau balik kanan, tanggung. Soalnya operasi, di gelar tidak jauh dari tikungan. Sehingga yang lewat tikungan pasti terjebak. Semua kendaraan diberhentikan dan diperiksa. Yang surat-suratnya tidak lengkap langsung ditilang.
"Gimana atuh Yah?!" Tanya istri saya.
Saya tidak menjawab, kendaraan terus melaju. Tidak menampakan bersalah atau ragu.
Saat seorang petugas memberi aba-aba, agar kendaraan saya menepi. Sayapun turut menepi. Sambil otak terus berputar, agar lolos tidak ditilang. Dan, cling! Sebuah ide brilian muncul di kepala.
Saya lihat nama petugas di dadanya, sebut saja Budi. Kendaraan berhenti. Petugas mendekat. Saya buka kaca jendela.
"Bud! Koq kamu tugas di sini? Pindah euy? Ari si Agus masih di Majalengka?" Tanya saya, sok akrab. Pura-pura kenal.
Petugas tersebut, tampak kaget. Lalu, dia tersenyum. "Iya, saya pindah dari bulan kemarin! Si Agus, iya masih di Majalengka euy!" Di langsung tertawa ramah dan mengajak salaman. Saya menyambut tangannya, menggenggam kuat. Seolah teman lama, yang sudah lama tidak bertemu.
"Kirain, siapa. Sudah langsung maju aja! Saya lagi tugas. Gak enak sama komandan! Hati-hati di jalan ya!" Ujar petugas itu.
Sayapun langsung memacu kendaraan. Setelah agak jauh, istri saya nanya. "Emang, siapa itu Yah?!"
"Teuing, teu wawuh. Gak kenal! Cuma liat nama we di dadanya, si Budi!" Jawab saya.
Istri saya pun ngakak....

No comments:

Post a Comment