Friday, December 6, 2019

Mengamuknya Jin Islam di Keresek (Bagian 14)

#JinIslamdiKersek
#BAGIANKEEMPATBELAS
Mengamuknya Jin Islam di Keresek (Bagian 14)
 
Sudah pernah diceritakan, kalau saya hampir menemui ajal, hampir meregang nyawa saat sebuah golok menyambar ke arah leher saya. Gangguan demi gangguan masih banyak lagi, tidak bisa diceritakan semua. Karena, akan membuat bosan para pembaca.  Misalnya, ada yang pernah ditelanjangi tengah malam atau siang, ada yang ditarik dan disembunyikan selimutnya kemudian ditelanjangi, sehingga pada waktu bangun kedinginan, selimut dan baju yang terbang di atas pemiliknya, ada yang kedua lengannya dimasukan ke dalam lobang lengan bajunya sehingga kedua lengannya tidak bisa bergerak.  Ada juga yang dimasukkan ke dalam karung, kemudian lobang karungnya dijahit seperti mengarungi beras.  Santri yang sedang berdzikir, tasbihnya ditarik, Ada yang sedang bersujud, tubuhnya digulingkan sampai tak berkutik, atau ada juga santri sedang sujud tikarnya ditarik sehingga jadi tersungkur.  
 
Yang belum diceritakan adalah banyaknya surat-surat dari jin yang bernama Siti Kolbuniyah itu.  Menulis suratnya di secarik kertas, dengan pensil merah. Pada awal mulanya surat tersebut, tulisannya bukan Bahasa Arab, entah bahasa atau tulisan apa yang dipakainya.  Entah mungkin bahasa atau huruf di negeri Habsyi.  Tulisannya curat-coret tidak bisa dimengerti, dengan ukuran hurup melebihi ukuran hurup di kita.  Hanya, terpikir saja kalau carikan kertas dengan tulisan merah itu adalah sebuah surat.  Jin itu menyimpan yang saya pikir surat itu di bawah bantal yang biasa saya gunakan untuk tidur atau di sarung bantal kecil untuk menancapkan jarum.  Kadang-kadang malah, sarung bantal itu sendiri yang dijadikan korban, ditulisi dengan hurup dan bahasa “Alien” tersebut.  Menjadikan sarung bantal jadi sangat kotor.  Apa yang dituliskan, sama sekali tidak bisa ditangkap maknanya. Sehingga, semua carikan-carikan tersebut saya bakar.  Di kemudian hari saya merasa menyesal, karena surat-surat tersebut bisa dijadikan bukti untuk penulisan kisah nyata ini. Surat-surat tersebut bisa dijadikan bukti otentik, adanya tulisan jin Siti Kolbuniyyah. Mungkin bisa dijadikan bahan penelitian di Chanel History dalam acara Ancient Alient, membuktikan keberadaan mahluk halus.
 
Diakibatkan surat-suratnya sering dibakar, jin itumenjadikan pengganti kertas adalah sarung-sarung bantal.  Mungkin agar, tidak dibakar atau maksudnya ingin agar tulisannya dijadikan perhatian dan dibaca oleh saya.  Saya mengerti apa yang tertulis di carikan-carikan kertas itu bukan sekedar tulisan.  Tapi, tulisan yang mengandung arti atau surat.  Karena begitu seringnya tulisan tersebut muncul di berbagai tempat. Dugaan awal saya, mungkin jin itu mengajak berkomunikasi langsung. Mengajak berdamai atau ada yang ingin disampaikan jin itu kepada saya.  Karena kesal, dengan kotornya sarung bantal yang selalu dicoreti jin itu, sehingga harus mencucinya berulang-ulang.  
 
Akhirnya, saya menuliskan beberapa kalimat. Siapa tahu jin itu membalasnya. Kalimat yang saya tulis: “ Kalau curat-coret kamu di kertas yang dibakar adalah benar sebuah surat yang ditujukan kepada saya. Saya minta, kamu menulis dalam huruf latin atau hurup yang bisa dibaca oleh saya, manusia. Serta bahasa yang dipakai harus bahasa Sunda, karena saya adalah manusia Sunda!” lalu catatan itu diletakan di atas bantal.  Tidak sampai sepersekian detik, entah darimana datangnya,  Muncul sebuah jawaban di secarik kertas dengan tulisan pensil merah, memakai aksara Latin dalama bahasa Sunda.  Tapi, ya ampuuun. Bahasa yang digunakan, bahasa kasar dan berbau porno.  Malahan, makin ke sini, bahasa yang digunakan sangat jorok dan kotor.  Mungkin dia merasa sudah sangat akrab.  Bagaimana isi surat-surat tersebut, nanti di belakang diceritakan.  Sekarang kita tunda dulu.  Saya akan ceritakan, bagaimana upaya selanjutnya saya untuk mengusir jin tersebut, Kotak surat atau brievenbus yang dijadikan tempat menyimpan surat oleh Nyai Siti Kolbuniyah adalah di bawah bantal saya. Saya biarkan sampai menumpuk berupa carikan-carikan kertas. 
 
Saya selalu bertawakal kepada Allah SWT saking ingin bisa mengusir jin tersebut. Adalah percuma, sekalipun dia menyerah kalah tapi tidak minggat dari rumah saya. Tetap akan membuat berabe dan tidak nyaman dalam rumah saya.  Membaca isi suratnya, yang sudah bisa dimengerti karena memakai hurup latin dan bahasa Sunda. Jin itu bercanda sangat keterlaluan.  Saya, sudah kehabisan akal, bagaimana caranya menaklukkan dan mengusir jin kebandelan dan kejahilan jin tersebut. 

Sulitnya, jin itu selalu lebih unggul daripada orang pintar yang akan mengusirnya. Kiai dan Mak Paraji tidak ada yang berdaya. Menyerah karena kesaktian jin tersebut. Akhirnya, saya menyadari. Seharusnya saya hanya berpegang dan berharap kepada Allah SWT bukan kepada sesama mahluk.  Secara pribadi saya bertekad akan melawan habis-habisan. Perang total dengan segala kemampuan diri yang ada untuk melawan jin itu sendiri. Tidak akan meminta bantuan kepada orang lain atau orang pintar lagi.  
 
Bukan, karena tidak percaya dengan ilmu orang lain, bukan takabur.   Bukan menolak bantuan sukarela dari mereka yang peduli dan menyayangi saya. Bukan karena sudah tidak ada lagi yang ingin membantu mengusir jin itu. Tapi murni ingin berusaha sendiri, dengan kemampuan diri sendiri. Tidak melibatkan orang lain.  Karena, awal mula masalah itu muncul, diakibatkan oleh saya.  Saya sendirilah yang harus menyelesaikannya
DESSULAEMAN

No comments:

Post a Comment