Ada yang Aneh di Sepakbola Indonesia
Apanya yang aneh? Sepakbola ya sepakbola, hukum universalitasnya berlaku. Aturan, perangkat, dan segala hal yang terlibat ya sedemikian itu.
Tapi untuk tahun 2019 ini sepakbola Indonesia memang aneh. Sangat aneh.
Apa coba?
Kompetisi resmi penyelenggaraannya ditunda sampai selesai pemilu. Alasannya dikhawatirkan terjadinya gesekan dan kontaminasi politis di dalamnya. Lebih dari itu pihak keamanan harus terpusat pada keamanan penyelenggaraan pemilu. Tidak boleh terpecah dengan pengamanan sebuah perhelatan olahraga sejenis kompetisi sepakbola.
Benarkah?
Tentu saja tidak. Tidak sama sekali.
Sepakbola yang didengungkan tidak boleh ada unsur politik faktanya adalah sangat politis, lebih tepatnya sengaja disusupi gerakan politis.
Piala presiden!
Turnamen ini mendapat restu dan didukung penuh oleh pihak keamanan. Katanya mau konsentrasi di pemilu, tetapi sepakbola dengan kelas turnamen malah berizin, sedang liga dengan derajat kompetisi resmi ditunda. Turnamen dalam seminggu bisa terjadi 2 atau 3 match sedangkan liga seminggu 1 match.
Ambigo kan?
Lalu?
Ya iya, karena perangkat penyelenggara piala presiden lebih banyak dikuasai para politisi makanya berizin. Lihat saja ketua SC-nya seorang politisi dan jurkam serta timses salah satu paslon presiden.
Jadi dusta teramat dahsyat jika sepakbola tidak boleh disusupi aroma politis. Faktanya justru digerayangi kepentingan politik.
Netral?
Tidak mungkin!
Kita belum bisa berlaku profesional. Kita baru lantang mengucap profesional tetapi tindakan masih amatir.
Jika memang ingin murni lepas dari kepentingan politik, seyogyanya panitia dan perangkat penyelenggara adalah orang-orang profesional yang lepas dari kepengurusan sebuah parpol.
Tetapi, jika semua perangkat kepanitiaan murni orang profesional dan tanpa dititipi orang politik ya gak mungkin dapat izin.
Waduk sekali kan?
Ya iyalah waduk pisan!
(Tina Status zenal Wahyu)
No comments:
Post a Comment