Hijir Ismail, adalah tempat yang berdampingan dengan Ka'bah,
terletak di sebelah utara Ka'bah. Hijir ismail ditandai dengan tembok
berbentuk setengah lingkaran setinggi 1,5 meter. Hijir Ismail ini dahulu
merupakan tempat tinggal Nabi Ismail, disitulah Nabi Ismail tinggal semasa
hidupnya dan kemudian menjadi kuburan beliau dan juga ibunya.
Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam bersabda, sebagian
dari Hijir Ismail itu adalah termasuk dalam Ka'bah. Ini diriwayatkan oleh Abu
Daud dari 'Aisyah r.a. yang berbunyi : 'Dari 'Aisyah r.a. katanya; "Aku
sangat ingin memasuki Ka'bah untuk melakukan sholat di dalamnya. Rasulullah
s.a.w. membawa Siti 'Aisyah ke dalam Hijir Ismail sambil berkata "
Sholatlah kamu di sini jika kamu ingin sholat di dalam Ka'bah, karena ini
termasuk sebagian dari Ka'bah.
Sholat di Hijir Ismail adalah sunnah, dalam arti tidak wajib
dan tidak ada kaitan dengan rangkaian kegiatan ibadah Haji atau ibadah Umroh.
Seringkali pada waktu ingin melakukan sholat di Hijir Ismail ini, harus antri.
Seringkali bahkan tidak kebagian tempat. Karena jumlah jamaah haji yang terus
meningkat tiap tahunnya sedangkan luas Hijir Ismail tetap.
Walaupun tempat sempit, biasanya tempat sholat jemaah wanita
dan laki-laki dipisahkan. Jadi tidak terjadi hal yang diinginkan. Sekali
waktu, menyempatkan dan setengah memaksakan diri, melakukan sholat
sunah di Hijir Ismail. Saat itu suasananya teramat sangat padat. Setelah
ada kesempatan dan ada ruang kosong sedikit diantara batas laki-laki dan
wanita. Saya sholat sunah di sana.
Rakaat ke satu, tidak ada masalah. Namun, saat dudut
tahiyat akhir. Tiba-tiba, kepala saya ada yang mengucek-ngucek dari belakang.
Si pelaku, terdengar bersuara:"Haram Haj! Haram!" Saya terhenyak. Batal. Lalu saya melihat ke
belakang. Subhanallah! Ternyata asykar (polisi) wanita, berbaju hitam, berkulit
hitam. Bahkan saking hitamnya, kulitnya tampak seperti abu-abu! Mata dan
giginya besar! Sambil tersenyum, dia berkali-kali mengatakan, haram haj!
Bingung, jengkel karena sholat dan wudhu saya jadi batal.
Saya keluar dari Hijir Ismail, dengan diikuti tatapan dan senyuman dari
asykar perempuan itu. Ya Allah, apa yang telah terjadi dengan saya.
Namun, sekejap langsung saya teringat. Saat di tanah air.
Semasa kuliah,
saya seringkali mengucek-ngucek rambut Eka Septiani, seorang teman perempuan
semasa kuliah. Saking akrabnya seperti ke adik sendiri. Tanpa rasa
bersalah, hal itu seringkali dilakukan sambil tertawa-tawa. Hal itu dilakukan,
karena geregetan melihat rambut Eka Septiani yang selalu diponi dan rapih!
Mungkin, saat itu Eka, tertawa. Tapi dalam hatinya, tidak ikhlas selain
memang bukan muhrim!
No comments:
Post a Comment