Serpihan catatan ringan. Mungkin tidak bermakna bagi orang lain. Tapi sangat membekas dan memberikan arti diri si GuruDess. Hanya cerita biasa, pengalaman dari pernak-pernik kehidupan
Friday, December 6, 2019
Mengamuknya Jin Islam di Keresek (Bagian 14)
Thursday, December 5, 2019
Mengamuknya Jin Islam di Keresek (Bagian 13)
Thursday, November 14, 2019
Kamu adalah Apa yang Kamu Makan
"Ketika ‘sifat malu’ hilang dari seseorang maka mudahlah dia melakukan berbagai pelanggaran dan tidak segan untuk bermaksiat bahkan dia tidak malu untuk bermaksiat secara terang-terangan"
Lagi ramai, beberapa orang manusia yang mengaku muslim. Bicara blak-blakan bahkan tidak mempunyai malu atau rasa bersalah sedikitpun. Mereka mengaku, sangat menyukai makan daging babi yang disajikan di sebuah restoran di Jakarta.
Konon, kata presenter yang menggunakan bahasa Inggris. Restoran, yang jelas-jelas menunya menggunakan daging babi tersebut pelanggannya adalah "orang Islam".
Entah benar, entah tidak mereka orang Islam. Karena orang Islam yang benar-benar Islam, jangankan makan daging babi, bahkan, minyak babi pun tidak berani mereka konsumsi.
Alasan yang mereka utarakan, bahwa mereka pada awalnya, tidak mengetahui yang mereka makan adalah daging babi. Tapi, karena mereka merasakan bahwa daging babi itu enak. "Ya, gimana lagi, karena rasanya enak dan saya suka. Ya, terusin aja makan di sini!" Wajah yang diwawancarai tersebut tidak dibalur sama sekali. Sepertinya mereka tidak keberatan disorot dan ditampilkan mulan sebagai muslim pemakan babi. Dari kalimat bisa teranalogikan mereka bisa juga melakukan zina, melakukan korupsi, menghardik anak yatim, minum alkohol, berjudi dsb.
Perbuatan dan perkataan yang seperti itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang tidak punya rasa malu. Orang yang tidak punya rasa malu, berarti orang itu tidak punya iman. Karena malu itu adalah sebagian dan Iman. Orang tersebut tidak malu dengan Allah, tidak malu dengan Rasulullah, tidak malu dengan Al Qur'an yang jelas-jelas mengharamkan daging babi. Atau mungkin, urat malu mereka sudah putus?
Naudzubillah min dzalik!
Sunday, November 3, 2019
Home Sick
Tuesday, October 22, 2019
Adab Nyantri
Friday, October 18, 2019
There’s will there’s way
“Terus?” Tanya saya, penasaran.
Saturday, October 12, 2019
Lamun Keyeng Tangtu Pareng
Daejeon, 2 Desember 2018
"Teuing turunan ti saha, si Reza mah pinter euy! Teu jiga urang, bapana sakola wae ukur SMA bari di swasta!" Ceuk, Mang Wawan harita.
“Terus kumaha atuh?” ceuk kuring nyusul tepus.
Saturday, October 5, 2019
Pak Leknan
Baret merah, tersemat emblim RPKAD, menutupi rambutnya yang tebal, hitam legam.Semua emblimnya disematkan dengan rapi di dada kiri dan kanan. Semuanya mengkilap, karena terbuat dari kuningan yang rutin dibrasso. Tidak seperti sekarang, emblim TNI terbuat dari kain bordiran :p
#DIRGAHAYUTNI
#TENGKORAKPUTIH
#SETIASAMPAIMATI
#YON305SILIWANGI
#RPKAD
#KOPASANDHA
#KOPASSUS
Friday, October 4, 2019
Anak Kita Bukan Robot
“Ibu, maaf di rumah dia itu memang anak saya. Tapi, di sekolah dia itu anak Ibu juga anak guru-guru yang mengajarnya. Di rumah biarlah kami mengajari dia membaca Al Quran, belajar sholat dan mengajarkan mana hal baik mana buruk. Tapi, di sekolah Ibu gurulah yang harusnya mengajarinya. Supaya dia, asalnya tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa. Kalau dia sudah pintar, kami pasti tidak akan menyekolahkan dia!” Jawaban ibunya itu membuat sang guru terdiam.
Setiap Anak Mempunyai Kecerdasan Tersendiri
“Ibu, maaf di rumah dia itu memang anak saya. Tapi, di sekolah dia itu anak Ibu juga anak guru-guru yang mengajarnya. Di rumah biarlah kami mengajari dia membaca Al Quran, belajar sholat dan mengajarkan mana hal baik mana buruk. Tapi, di sekolah Ibu gurulah yang harusnya mengajarinya. Supaya dia, asalnya tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa. Kalau dia sudah pintar, kami pasti tidak akan menyekolahkan dia!” Jawaban ibunya itu membuat sang guru terdiam.
Wednesday, October 2, 2019
Menutupi Kebohongan
Tadi pagi-pagi, siswa akan pretes UNBK. Mereka sibuk dan serius belajar. Salah seorang anak, bertanya: "Pak, ada kisi-kisi soalnya?"
Lalu saya jawab: "Heh, kalian melakukan pretest. Dimaksudkan, untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan kalian dalam menguasai materi. Bukan, untuk mencapai angka tertinggi. Hanya orang picik, naif dan gak percaya terhadap kemampuan diri sendiri, sehingga berharap ada kisi-kisi soal untuk pretest!"
"Maksudnya apa Pak?" Teman-temannya ikut bertanya.
"Jadi dari hasil pretest, Kalian bisa menilai diri sendiri. Pantas dan tidaknya, untuk ikut UNBK. Hasil pretest baik atau buruk, justru bisa dijadikan bekal untuk menilai kemampuan diri sendiri. Kemudian bandingkan dengan saingan kalian, secara jujur dan adil. Tidak curang, apalagi berharap bisa diberi bocoran kisi-kisi soalnya! Percayalah pada diri sendiri. Tunjukkan bahwa kamu memang benar-benar mampu dan bisa. Jangan menutupi kebodohan diri sendiri dengan melakukan kebohongan untuk menipu diri sendiri dan orang lain!'
Calon Mantu
Seorang pemuda, untuk pertama kalinya main ke rumah sang pacar. Calon mertuanya (camer) sudah tua dan sudah mulai terganggu pendengarannya. Tapi tentunya tetap ingin mewawancara si pemuda demi kebaikan putrinya. Karena mencari mantu harus tahu bibit, bebet, bobot. Terjadilah percakapan.
Camer : Udah kerja?
Pemuda : Sudah Pak
Camer. : Dimana kerjanya?
Pemuda : ngalintrik (bahasa Sunda, maksudnya cuma nongkrong)
Camer : Wah, hebat kalo di listrik mah. Dulu kuliah di mana?
Pemuda : S-1 mah di ITB (Icalan Teh Botol), S-2 nya di IKIP (Indit Kari Ingkig Pangangguran) kalau S-3 saya di UI (Udar Ider alias Ungkag Ingkig, artinya luntang lantung cuma wara wiri).
Camer: Kenapa gak kuliah di UMPAD (maksudnya UNPAD)?
Pemuda: di UMPAD mah pernah Pak, ngirim kusen.
Camer: Wah, hebat pernah jadi dosen Umpad!
Nawar Baju
Gowes pagi, cuma dapat 20 km. Lumayan tubuh dan baju sampai basah kuyup oleh keringat. Karena harus langsung mengajar. Mampir ke toko baju outdoor, nyari baju flanel.
Tokonya baru buka, terlihat SPG lagi nyapu lantai. Langsung masuk ke toko, helem dibuka. Peluh terus membasahi wajah. Langsung ngambil satu baju flanel, kebetulan ada yang cocok dan pas nomornya.
"Yang ini, berapa?" Tanya saya, dengan nafas cepat.
"250!" Jawab si SPG datar.
"200?" Tanya saya meyakinkan. Bukan nawar, cuma meyakinkan.
"250!" Jawab si SPG lantang juga.
"200?" Tanya saya lebih keras. Agar lebih yakin.
"240!" Jawab si SPG, turun 10 rb.
"200?" Tanya saya lagi.
"240!" Jawab si SPG mantap.
Lumayan, cuma modal bertanya. Turun 10 ribu.
Pesan moral cerita: jangan nawar, tapi bertanyalah dengan wajah penuh keringat! Pasti harga turun.
Puring
Puring
Saya mah gak masalah siapapun pemenangnya. Cuma menyarankan sebaiknya sebagai orang beriman dan berpendidikan pilihan kita harus rasional. Jangan emosional.
Mata hati dan nurani kita jangan dibutakan oleh kecintaan yang buta terhadap paslonnya. Sampai mengeluarkan caci maki, dan kata-kata kotor yang menista pribadi dan agama orang lain. Itu yang paling saya tidak suka!
Satu hal yang pasti, kita harus dewasa dalam berpolitik. Pasangan manapun yang menang, harus kita terima, walaupun itu tidak menyenangkan bagi kita. Tapi, minimal kita telah berbuat sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan. Walaupun hasilnya tidak seperti yang kita harapkan.
Jadikan negeri ini negeri yang penuh arti dalam arti sebenarnya. Bertuhan dalam arti sebenarnya, bukan dibalik, yang bertuhan menjadi yang disalahkan dan dinistakan.
Berkeadilan untuk semua, bukan hanya untuk segelintir manusia berada, manafikan manusia kebanyakan. Beradab dalam arti sebenarnya, bukan beradab hanya untuk orang berpunya, tapi biadab untuk orang tak berpunya. Bersatu dalam arti sebenarnya, bukan bersatu bersekutu dengan sekelompok manusia yang tak bertuhan dan tak bermoral yang menjungkirbalikkan benar jadi salah, salah jadi benar.
Janganlah perbedaan dalam memilih pasangan presiden, kita jadi terpecah belah, antar teman jadi bermusuhan, antara saudara jadi berpisah. Kalau segalanya harus sama atuh gak akan ramai dunia ini. Adanya perbedaan menunjukkan adanya keindahan.
Dari gesture dan cara berbicara, akal sehat kita seharusnya sudah bisa melihat mana yang pantas memimpin, mana yang tidak pantas memimpin. Dari sikap dan perilaku pendukung Paslon kita sudah bisa menentukan masing-masing siapa yang akan terpilih.
Janganlah sampai kita dipecah belah oleh ego diri. Sandarkan niat kita dalam memilih Paslon dengan akal sehat. Demi kebaikan agama, bangsa dan negara. Janganlah kita terpancing oleh issue yang dilontarkan pemecah belah bangsa, bahwa minoritas merasa tertindas, padahal kenyataannya mayoritas tidak pernah menindas.
Janganlah mengikuti manusia-manusia yang bersikap dan berkelakuan tidak baik. Berlidah tajam, bermulut kotor, menyepelekan agama kita dan mengganggu kerukunan hidup beragama. Gunakan akal sehat, bijaksana dalam memilih, dewasa dalam berdebat adalah kunci perdamaian dalam pesta demokrasi ini.
Lihat aja contoh sederhana daun puring. Dalam satu pohon, itu tidak ada yang sama ciri corak dan warnanya. Tapi, menjadikan satu pohon puring jadi indah sedap dipandang. Semua daun bersinergi, berkolaborasi tanpa harus menunjukkan salah satu daun paling menonjol sehingga mengenyampingkan peran kecil daun lainnya.
DESS2019
#pilihakalsehat
Kacang
Pepatah, lupa kacang akan kulit.
Artinya, kacangnya udah pikun. Pelupa. Gak tahu balas budi. Padahal si kulit itu, dulu yang menjadikan si kacang seperti sekarang. Makanya ada jinggle iklan: Itu kacangmu!
Kamu pilih kacang yang mana?
Berbohong
Tidak masalah seberapa banyak kebohongan yang kamu buat, tetapi yang penting adalah bagaimana kamu membuat kebohongan itu menjadi kebohongan lain. Buatlah kebohongan itu serasional mungkin. Buatlah kebohongan sesederhana mungkin Dengan demikian, kebohongan itu menjadikan kamu seorang yang mumpuni di mata orang awam yang senang akan kebohongan.
Berbohong adalah cara termudah agar kamu bisa jadi apapun yang kamu suka. Bisa pergi kemanapun kamu suka. Kamu bisa merubah dan membuat apapun yang kamu suka. Berbohong, menjadikan kamu penyihir besar.
Buatlah kebohongan besar, membuatnya sederhana, tetap mengatakannya, dan akhirnya mereka akan percaya. (A.Hitler)
Herbal
Siswa: Pak, kepala saya kena bola futsal. Bahaya enggak?
Saya: Pusing enggak?
Siswa: Pusing Pak, dikit tapinya (sambil ketawa).
Saya: Gak akan kenapa-kenapa. Nanti di rumah, minum 'cingput' aja segelas.
Siswa: Bisa sembuh Pak?
Saya: Bisa, manjur koq 'cingput' mah
Siswa: Belinya di mana Pak?
Saya : Obat herbal koq. Banyak di halaman atau di kebun juga.
Siswa : Cingput itu apaan Pak? Sejenis tanaman?
Saya: Bukan.
Siswa : Terus apaan, Pak?
Saya : Tai kucing di atas rumput!
Siswa : Bwahahaha...téga Bapak mah!
Saya : 😁😁😁
Sahabat Baik
Sahabat yang baik bukanlah yang selalu ada ketika kamu berada di puncak kejayaan, melainkan ketika kamu jatuh dan tersandung dalam keterpurukan. Karena itu, agar kamu mendapatkan banyak sahabat yang baik, sering-seringlah jatuh dan tersandung sampai babak belur dan patah semua tulang tubuhmu!
Adab Orangtua Siswa
ETIKA WALI MURID
BEBERAPA KALI KITA DENGAR DAN KITA TEMUKAN ORANG TUA MURID BERTINDAK LANCANG KEPADA GURU DARI ANAKNYA. BAHKAN SAMPAI BERANI MELAPORKAN SANG GURU KE KEPOLISIAN .
UPAYA BODOH SEPERTI ITU SAYA KIRA. SEBENARNYA TELAH MENUTUP PINTU ILMU DAN CAHAYA ILAHI BAGI SANG ANAK.
Ada Sebuah Kisah Inspiratif di zaman Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.
Ada seorang yang busuk hatinya ingin menfitnah Syekh Abdul Qadir. Lalu ia berupaya mencari jalan untuk menfitnahnya.
Maka ia membuat lubang di dinding rumah Syekh Abdul Qadir dan mengintipnya.
Kebetulan ketika ia mengintip Syekh Abdul Qadir. Ia melihat Syekh Abdul Qadir sedang makan dengan muridnya.
Syekh Abdul Qadir suka makan ayam dan setiap kali ia makan ayam dan makanan yang lain. Ia akan makan separuh saja. Separuh makanan tersebut akan diberi kepada muridnya.
Maka orang tadi pergi kepada bapak murid Syekh Abdul Qadir tadi.
"Bapak punya anak yg namanya ini?"
Jawab si Bapak: "Iya ada!"
"Anak Bapak apa benar belajar dengan Syekh Abdul Qadir?"
Jawab si bapak: "Iya".
"Bapak tahu, anak Bapak diperlakukan oleh Syekh Abdul Qadir Jailani seperti seorang hamba sahaya dan kucing saja! Syekh Abdul Qadir memberi kelebihan sisa makanannya, kepada anak Bapak!"
Maka si Bapak tidak puas hati lalu ke rumah Syekh Abdul Qadir.
'Wahai Tuan Syekh, saya menghantar anak saya kepada Tuan Syekh bukan untuk jadi pembantu atau dilakukan seperti kucing! Saya hantar kepada tuan syekh, supaya anak saya jadi alim ulama!"
Syekh Abdul Qadir hanya jawab ringkas saja..
"Kalau begitu ambillah anakmu!"
Maka si bapak tadi mengambil anaknya untuk pulang. Ketika keluar dari rumah syekh menuju jalan pulang. Si bapak tadi bertanya pada anaknya beberapa hal mengenai ilmu hukum syariat. Ternyata ke semua soalannya dijawab dengan betul.
Maka bapak tadi berubah fikiran untuk kembalikan anaknya kepada tuan Syekh Abdul Qadir.
"Wahai Tuan Syekh terimalah anak saya untuk belajar dengan tuan kembali. Tuan, didiklah anak saya. Ternyata anak saya bukan seorang pembantu dan tidak juga diperlakukan seperti kucing. Saya melihat ilmu anak saya, sangat luar biasa bila bersamamu"
Maka jawab tuan Syekh Abdul Qadir.
"Bukan aku tidak mau menerimanya kembali. Tapi ALLAH sudah menutup pintu hatinya untuk menerima ILMU. ALLAH sudah menutup futuhnya untuk mendapat ilmu. Disebabkan seorang AYAH yang tidak beradab kepada GURU. Maka anak yang menjadi korbannya".
Begitulah ADAB dalam menuntut ilmu..
Anak, Ibu, ayah dan siapa pun perlu menjaga adab kepada guru. Betapa pentingnya adab dalam kehidupan seharian kita.
Kisah di atas menceritakan seorang ayah yang tiada adab pada guru. Bagaimana kalau diri sendiri yang tiada adab, memaki dan mengaibkan gurunya.
Kata ulama: "Satu perasangka buruk saja kepada gurumu. Maka Allah haramkan seluruh keberkahan yang ada pada gurumu kepadamu".
Semoga Allah jadikan kita orang yang beradab kepada makhluknya terlebih lagi kepada guru yang mengajarkan ilmu kepada kita. Amiin!
Sekedar berbagi, semoga manfaat.
Mohon maaf.
#tulisanteman
Ciri Kedunguan
Kedunguan seseorang dapat dikenali pada lima hal:
1. Pada perkataannya ketika berbicara tentang sesuatu yang tidak berhubungan dengannya.
2. Pada jawabannya ketika menjawab sesuatu yang tidak ditanya tentang itu.
3. Pada kecerobohannya dalam segala urusan.
4. Pada perilakunya suka menahan kebaikan namun berharap sanjungan dan berbuat keburukan namun berharap pahala kebaikan.
5. Pada sifat dan sikapnya yang merasa paling pandai. (Sayidina Ali)
Memilih Teman
Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat itu kata Aristoteles. Manusia tak mungkin tak butuh bantuan orang lain. Manusia adalah warga masyarakat. Manusia membutuhkan manusia lain. Manusia butuh berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi untuk hidup berinteraksi menjalani kehidupannya. Oleh karena itu manusia membutuhkan teman dalam hidupnya. Baik teman sebagai sesama manusia untuk berinteraksi sebagai mahluk social. Baik teman hidup yang berbeda jenis kelamin untuk melanjutkan keturunan dan memenuhi kebutuhan biologisnya.
Adanya teman bisa menjatuhkan harga diri dan kehormatan. Adanya teman bisa juga meningkatkan harga diri dan kehormatan kita. Seorang teman yang baik, tentu saja akan selalu menjaga diri kita sebaik mungkin. Seperti kita menjaga diri teman kita tersebut. Seorang teman yang baik akan selalu menjadi harga diri dan kehormatan kita. Karena terjaganya harga diri dan kehormatan kita, adalah terjaganya harga diri dan kehormatan dirinya.
Teman yang baik adalah teman yang bisa menerima kita apa adanya. Bukan karena menginginkan kekayaan, pangkat, jabatan apalagi kekuasaan. Karena pertemanan yang baik membutuhkan ketulusan hati, bukan kebusukan hati. Demi kekayaan, pangkat, jabatan atau kekuasaan, bukan tidak mungkin seseorang yang mengaku sebagai teman kita. Akan berusaha menjilat dan mencari perhatian kita dengan segala cara, demi tercapainya tujuan mereka. Bukan, tidak mungkin akibat terlalu besarnya nafsu diri untuk kekayaan, pangkat, jabatan dan kekuasaan akan menjadikan kita objek kebodohan dan kedunguan mereka.
Salah memilih teman, karena kita tidak waspada atau terlalu percaya kepada seseorang mengakibatkan hancurnya harga diri dan kehormatan kita sebagai manusia di hadapan sesama manusia. Bahkan, di hadapan Allah SWT. Perilaku, sikap dan kepribadian kita dinilai dari perilaku, sikap dan kepribadian teman-teman kita. Kita akan menjadi manusia yang baik, bila kita berada di dalam lingkungan teman-teman yang baik. Kita akan menjadi manusia yang bodoh, dan tetap merasa pintar bila kita dikelilingi oleh orang bodoh atau dungu.
Benarlah Rasulullah SAW pernah bersabda: “Permisalan teman duduk yang shalih dan buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, bisa jadi ia akan memberimu minyak wangi, atau kamu akan membeli darinya atau kamu akan mendapat bau harum darinya. Adapun tukang pandai besi, bisa jadi ia akan membuat pakaianmu terbakar, atau kamu akan mendapat bau yang tidak sedap darinya.” (HR. Bukhari No. 2101, Muslim No. 2628)
Bila kita tidak menggunakan kecerdasan dan kewaspadaan kita dalam memilih teman. Bukan hal yang tidak mungkin, hari demi hari, waktu demi waktu kita akan jadi bulan-bulanan kebodohan dan kedunguan teman-teman yang berada di sekitar kita bila kita tidak waspada. Harga diri dan kehormatan kita menjadi rusak, jatuh dan menjadi bahan guyonan orang-orang di sekitar kita. Allah akan menjatuhkan dan membuka aib diri, dan keburukan demi keburukan dari kita akibat perilaku teman-teman yang bodoh dan dungu.
Kecerdasan merupakan modal utama untuk memilih teman yang baik dan tulus. Teman-teman yang tidak tulus dan busuk hanya akan mencelakakan diri kita. Teman yang busuk dan dungu serta bodoh, akan memeluk dari depan tetapi menusuk dari belakang. Teman yang baik pasti berahlak baik baik.
Jangan memilih teman yang berahlak buruk. Karena teman yang berahlak buruk akan memberikan atmosfer yang busuk, menutup kecerdasan kita sehingga mudah marah dan emosi. Sehingga kita mudah dikuasai oleh hawa nafsu. Jangan berteman dengan orang yang pintar tapi tidak cerdas dan tidak berakhlak. Tapi, bertemanlah dengan orang yang tidak hanya pintar tapi juga cerdas dan berahlak baik. Seorang teman yang pintar belum tentu cerdas dan belum tentu berahlak baik. Tetapi teman yang cerdas dipastikan akan pintar dan berahlak baik.
Siapa yang Gaji Kamu?
Kemarin, saat rehat. Melihat seorang pemuda yang lagi gowes sendirian. Saya berteriak: "Hei!" Pemuda itu berhenti, dan melirik ragu, karena tidak kenal. Dia menaiki sepedanya lagi. Baru 2 kayuh. "Hei!" Saya panggil lagi. Pemuda itu, berhenti dan memandang saya. Telunjuknya menunjuk ke dadanya sendiri. Meyakinkan. "Iya, kamu!" Saya lebih keras, sambil menunjuk kepada pemuda itu. "Iya, ada apa Pak?" Tanya pemuda itu. Sayapun bertanya sambil berteriak lagi , "Heh, siapa yang gaji kamu?!"
Pemuda itu, gak menjawab. Langsung naik sepedanya lagi. Ngebut, sambil ngikik!😋
Ditilang
Suatu waktu, saat membawa kendaraan di daérah Cibatu. Di tengah jalan, tampak beberapa orang polisi sedang menggelar operasi tilang.
Degh, hati jadi deg-deg plas. Gimana enggak deg-degan, dompet ketinggalan. Padahal surat-surat kendaraan di dalam dompet yang ketinggalan. Mau balik kanan, tanggung. Soalnya operasi, di gelar tidak jauh dari tikungan. Sehingga yang lewat tikungan pasti terjebak. Semua kendaraan diberhentikan dan diperiksa. Yang surat-suratnya tidak lengkap langsung ditilang.
"Gimana atuh Yah?!" Tanya istri saya.
Saya tidak menjawab, kendaraan terus melaju. Tidak menampakan bersalah atau ragu.
Saat seorang petugas memberi aba-aba, agar kendaraan saya menepi. Sayapun turut menepi. Sambil otak terus berputar, agar lolos tidak ditilang. Dan, cling! Sebuah ide brilian muncul di kepala.
Saya lihat nama petugas di dadanya, sebut saja Budi. Kendaraan berhenti. Petugas mendekat. Saya buka kaca jendela.
"Bud! Koq kamu tugas di sini? Pindah euy? Ari si Agus masih di Majalengka?" Tanya saya, sok akrab. Pura-pura kenal.
Petugas tersebut, tampak kaget. Lalu, dia tersenyum. "Iya, saya pindah dari bulan kemarin! Si Agus, iya masih di Majalengka euy!" Di langsung tertawa ramah dan mengajak salaman. Saya menyambut tangannya, menggenggam kuat. Seolah teman lama, yang sudah lama tidak bertemu.
"Kirain, siapa. Sudah langsung maju aja! Saya lagi tugas. Gak enak sama komandan! Hati-hati di jalan ya!" Ujar petugas itu.
Sayapun langsung memacu kendaraan. Setelah agak jauh, istri saya nanya. "Emang, siapa itu Yah?!"
"Teuing, teu wawuh. Gak kenal! Cuma liat nama we di dadanya, si Budi!" Jawab saya.
Istri saya pun ngakak....
Horor
Hari minggu kemarin bersepeda dengan teman-teman di tengah hutan Darajat. Hutan ini terkenal masih angker dan jarang diinjak oleh manusia. Selama perjalanan yang cukup menantang. Tidak jarang, kita harus merangkak di bawah pohon atau akar dengan membawa sepeda pada posisi menanjak.
Sudah kali kelima bertualang ke hutan ini. Kondisi yang sulit tidak menjadikan kapok. Istilah bahasa Sundanya, daripada kapok kalah gawok. Kejadian aneh dan penuh mistis yang dialami, tidak membuat kami jera.
Pernah terjadi, seorang teman sedang merokok. Saat akan dihisap, rokok yang disisipkan di dua jarinya tiba-tiba lenyap! Kejadian lain, seorang teman yang sudah sepuh. Yang biasanya ceria penuh gelak tawa, tiba-tiba jadi pendiam dengan muka pucat. Usut punya usut, saat kembali ke kota. Ternyata dia melihat harimau hitam, dengan mata buas akan menerkamnya!
Kejadian horor dan mistis yang dialami kemarin lebih kasat mata. 20 orang yang ikut bersepeda kemarin menyaksikan sendiri kejadian gaib. Amat sangat horor. Membuat semua terdiam membisu. Bulu kuduk masing-masing dipastikan merinding. Muka kami menjadi pucat tidak terkira.
Saat sedang istirahat, makan siang dan menyeduh kopi hitam dengan mendidihkan air dengan trangia. Seperti biasanya, saya mengumpulkan sampah yang berserakan di sekitar. Sampah plastik dan bungkus rokok atau kertas nasi peninggalan manusia yang tidak bertanggung jawab.
Sampah tersebut kemudian dibakar, di tengah-tengah kami. Yang ngobrol ngalor ngidul, sambil nyocol, ketawa ketiwi. Saya lihat, sebuah korek gas tergeletak. Entah milik siapa. Kebetulan sampah yang dibakar basah, sehingga susah menyala. Dan melayanglah, korek gas tersebut ke dalam bara secara ajaib. Seorang teman yang melihat, langsung berupaya menyelamatkan korek gas tersebut dengan kakinya. Tapi tidak berhasil.
Melihat gelagat tersebut semua menjauh dari api. Kecuali Pa Nana, yang sudah berusia 73 tahun. Tubuhnya kecil kurus. Kulit hitamnya sudah keriput, dengan gigi sudah tanggal semua. Walaupun begitu Terkenal Kobe, bedegong. Tenaga gowesna, anak muda pun banyak yang kalah. Bukannya menjauh, Pa Nana malah nyinyir : Ah, gak akan apa-apa!
Tak lama kemudian, saat kami kembali ngobrol. Tiba-tiba, wuuuush! Korek gas, yang dimasukan tadi meledak. Mengeluarkan api yang cukup besar. Kami semua, sampai terpental ke belakang, bahkan ada yang melompat karena kaget. Pa Nana, yang paling dekat dengan sumber api. Tubuhnya sampai terpental dari posisi duduknya! Semua terpingkal-pingkal, melihat Pa Nana terlompat dan terpental malah ketawa dengan mulut ompongnya!
Anehnya, mungkin karena kami terlalu berisik dengan kejadian tersebut. Tiba-tiba, entah darimana. Muncul seorang lelaki tinggi kurus. Saking kurusnya, terlihat pipinya menonjol keluar. Rambutnya seperti lidi, lurus dan jarang. Kulitnya hitam dengan baju merah darah. Matanya melotot, ke arah kami semua, penuh amarah.
"Hei!" Teriaknya, dengan suara menggeram. Gak ada yang berani menjawab.
"Hei!" Teriak lelaki mengerikan itu. Kami makin ketakutan. Semua diam.
"Hei! Siapa yang menggaji kamu?!"
Don't Rich
Sempet termenung lama dan alis pun berkerut saat melihat tulisan di gambar sebuah bumper truk: "DON'T RICH PEOPLE DIFFICULT!"
Gak bisa nahan ketawa, maksudnya ternyata: "JANGAN KAYA ORANG SUSAH!"
Keitimewaan Rosulullah
Nabi Muhammad ﷺ sendirian di Mekah dan mengajak manusia menyembah Allah. 1400 tahun kemudian, ada 1.8 miliar Muslim di seluruh planet bumi. Tanpa Twitter, tanpa Facebook, tanpa Snapchat pada masa itu tapi dia paling banyak pengikutnya.
Tidak ada foto diri atau potret dirinya, tapi dia adalah manusia yang paling banyak diikuti dan ditiru oleh manusia di muka bumi. Dia tidak menulis autobigrafi, tapi dia yang paling banyak dituliskwn autobiografinya, paling sering dipuji, paling banyak disebut oleh manusia sepanjang manusia diciptakan. Setelah wafatnya dia tidak meninggalkan emas dan perak, tapi setiap Muslim di permukaan bumi ikhlas menyerahkan keluarga, anak istrinya, kemakmuran dan kekayaannya bahkan nyawanya sekalipun untuk mendapatkan setetes keindahan dan ketampanan serta kemuliaan wajah Rasulullah ﷺ
Kebaikan Berdiam Diri
1. Manusia yang paling mengenaskan adalah manusia yang tidak tahu, tapi dia tidak tahu bahwa dia tidak tahu.
2. Manusia menggelikan adalah manusia bodoh, yang menganggap dirinya pintar.
3. Manusia keji adalah manusia yang menganggap kebajikan adalah kejahatan.
Berdiam diri menghadapi mereka adalah satu kebaikan. Karena, dengan diam pun mereka akan terjerumus ke dalam kesalahan dan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dan menjatuhkan diri mereka sendiri ke dalam jurang kenistaan.
Dari ketiga jenis manusia tersebut di atas, yang paling sedikit membawa madharatnya adalah manusia yang tidak tahu, tapi dia tidak tahu bahwa dia tidak tahu. Karena, mungkin dia lebih menyukai tempe. Apalagi tempenya digoreng kering, dicocolin kecap Tintin dengan sangu panas-panas dalam keadaan lapar.
Mimikri
Mimikri Bunglon
Pigmen warna kulit melanin membantu bunglon berubah warna. Melanin serat
seperti sarang laba-laba dapat menyebar melalui lapisan sel pigmen. Kehadiran
mereka menyebabkan kulit menjadi lebih gelap. Lapisan bawah kulit luar bunglon berisi
sel yang terkait erat satu sama lain yang disebut chromatophores. Lapisan ini
memantulkan cahaya dan dipenuhi melanin pigmen alami.
Lapisan atas chromatophores memiliki pigmen merah atau kuning, sedang lapisan bawah memiliki pigmen biru atau putih. Perubahan warna pada bunglon berawal bari ketika mata bunglon menangkap rangsang warna/ tekanan/ perubahan suhu/ birahi dari lingkungan sekitarnya.
Kemudian rangsang disalurkan ke bagian epitalamus. Selanjutnya, epitalamus akan mengolah rangsang yang masuk lalu menghantarkannya ke seluruh
saraf tepi di semua permukaan kulit bunglon dan chromatophore akan menangkap
pesan dari otak tersebut. Dengan begitu, chromatophore akan membesar atau mengecil mengakibatkan pigmen-pigmen bercampur dan akan membentuk warna yang menyerupai
lingkungan sekitarnya.
(Brainly.co.id)
Credit video by: Australian Muslim
Lelap
Biarlah lelap,menutup lelahku walau sesaat. Menjadi guru itu bukan cuma mengajar. Tapi, juga harus bisa mendidik. Kalau cuma mengajar, hewan pun bisa mengajari anaknya dengan baik. Mengajar hanya merubah anak yang asalnya tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, tidak pandai menjadi pandai. Mengajar berhubungan dengan fisik (otot dan otak) sehingga bisa dilatih.
Tapi, mendidik itu lebih sulit karena harus merubah anak tidak baik menjadi baik, tidak soleh jadi soleh, tidak sopan menjadi sopan. Mendidik berhubungan dengan sikap dan perilaku, bersifat psikis. Bersifat rohaniah. Itu sangat menguras mental, kesabaran, dan emosi.
Mendidik anak sendiri mungkin mudah, karena ada pertalian darah dan kasih sayang secara alami tumbuh antara anak dan orangtua. Yang sulit itu mendidik siswa karena tidak ada pertalian darah dan harus menumbuhkan kasih sayang kepada mereka yang bukan anak-anak kandung kita. Padahal kita harus mendidik mereka, dengan penuh kasih sayang seperti kepada anak-anak kita.
Lebih baik mendidik anak-anak agar soleh daripada pintar dan cerdas. Karena anak yang soleh, sudah pasti pintar dan cerdas. Sedangkan, anak yang pintar dan cerdas belum tentu soleh.
Yang menyelamatkan diri mereka sendiri, menyelamatkan orangtua dan menyelamatkan para gurunya di akhirat kelak. Bukan kecerdasan dan kepintaran mereka. Tapi, kesalehan dan amal baik mereka karena didikan para guru dan orangtuanya.
Semoga kalian semua menjadi anak-anak yang soleh dan solehah! Love you all, my students!
#Credit to someone who took this pict!
Pintar
Semua anak itu pada dasarnya baik dan pintar. Lingkunganlah yang menjadikan mereka tidak baik dan malas. Cara terbaik mendidik mereka adalah dengan "menyentuh" hati nurani mereka agar menjadi lembut dan menghargai serta memanusiakan dirinya sendiri.
Kolak, koclak, koplak, kocak
Kolak adalah makanan yang enak dan dinantikan pada saat akan berbuka puasa. Ada kolak pisang, kolak tape, kolak singkong, kolak waluh, kolak kolang-kaling, kolak Candil dll.
Tapi bila kolak ini disisipi huruf c diantara o dan l, maka menjadi koclak! Yaitu, istilah dalam bahasa Sunda untuk buah yang sudah tua. Misalnya untuk memilih kelapa dan alpuket yang sudah tua, kita akan menggoyangkan buahnya. Kalau air di dalam kelapa itu terdengar atau biji alpukatnya terasa bergoyang itu namanya koclak.
Kata koclak, biasa pula diucapkan untuk sindiran orang-orang yang berperilaku dungu, aneh, sok tau, songong, nyolot dan besar mulut padahal tidak mengerti apa-apa. Lalu berkomentar kepada sesuatu hal yang dia sendiri tidak mengerti atau tidak memahaminya.
Bila kata kolak, diantara hurup o dan l disisipkan huruf p. Maka jadi berbunyi koplak, menurut KBBI yaitu mengandung arti dungu, aneh, otak agak miring di gunakan untuk mencela seseorang tanpa secara langsung. Baik koplak dan koclak mempunyai arti yang mirip. Sebelas dua belas, bahkan koclak dan koplak, secara sarkasme bisa diganti satu kata yaitu koplok alias goblok.
Jadi, bila banyak orang yang ngomong ngelantur, njeplak, asal ngomong ,asal ucap padahal salah. Sehingga perkataannya malah berbalik mempermalukan dirinya sendiri. Jelas, orang-orang seperti itu adalah orang yang koplak alias koclak. Saking bodoh perkataan orang yang koclak, sehingga membuat dagelan yang lucu karena ketidaklucuannya. Membuat orang tersenyum simpul atau tertawa terbahak-bahak. Kocak!
#ingetkoplak
#ingetkoclak
#ingetkolak
#ingetkocak.
Curang
Ada yang Aneh di Sepakbola Indonesia
Apanya yang aneh? Sepakbola ya sepakbola, hukum universalitasnya berlaku. Aturan, perangkat, dan segala hal yang terlibat ya sedemikian itu.
Tapi untuk tahun 2019 ini sepakbola Indonesia memang aneh. Sangat aneh.
Apa coba?
Kompetisi resmi penyelenggaraannya ditunda sampai selesai pemilu. Alasannya dikhawatirkan terjadinya gesekan dan kontaminasi politis di dalamnya. Lebih dari itu pihak keamanan harus terpusat pada keamanan penyelenggaraan pemilu. Tidak boleh terpecah dengan pengamanan sebuah perhelatan olahraga sejenis kompetisi sepakbola.
Benarkah?
Tentu saja tidak. Tidak sama sekali.
Sepakbola yang didengungkan tidak boleh ada unsur politik faktanya adalah sangat politis, lebih tepatnya sengaja disusupi gerakan politis.
Piala presiden!
Turnamen ini mendapat restu dan didukung penuh oleh pihak keamanan. Katanya mau konsentrasi di pemilu, tetapi sepakbola dengan kelas turnamen malah berizin, sedang liga dengan derajat kompetisi resmi ditunda. Turnamen dalam seminggu bisa terjadi 2 atau 3 match sedangkan liga seminggu 1 match.
Ambigo kan?
Lalu?
Ya iya, karena perangkat penyelenggara piala presiden lebih banyak dikuasai para politisi makanya berizin. Lihat saja ketua SC-nya seorang politisi dan jurkam serta timses salah satu paslon presiden.
Jadi dusta teramat dahsyat jika sepakbola tidak boleh disusupi aroma politis. Faktanya justru digerayangi kepentingan politik.
Netral?
Tidak mungkin!
Kita belum bisa berlaku profesional. Kita baru lantang mengucap profesional tetapi tindakan masih amatir.
Jika memang ingin murni lepas dari kepentingan politik, seyogyanya panitia dan perangkat penyelenggara adalah orang-orang profesional yang lepas dari kepengurusan sebuah parpol.
Tetapi, jika semua perangkat kepanitiaan murni orang profesional dan tanpa dititipi orang politik ya gak mungkin dapat izin.
Waduk sekali kan?
Ya iyalah waduk pisan!
(Tina Status zenal Wahyu)
Mithoma ia
Pathological lying (also called pseudologia fantastica and mythomania) is a behavior of habitual or compulsive lying. Pathological lying is also known a compulsive lying.
Mythomania adalah penyakit kejiwaan, yaitu kecenderungan berbohong yang dimaksudkan bukan untuk menipu/mengelabui orang lain, tetapi justru untuk membantu dirinya sendiri mempercayai/meyakini kebohongannya sendiri.
Seorang mythomania, berbeda dengan pembohong biasa yang sadar, berbohong. Seorang mythomaniac tidak menyadari bahwa ia berbohong. Tidak mampu membedakan imaginasi dan kenyataan yang sebenarnya.
Kebohongan-kebohongan yang dilakukan seorang mythomania dilakukan 'di luar' kesadaran. Dia tidak sadar orang lain akan terganggu dengan kebohongannya. Bagi dia yang terpentin adalah mendapat pengakuan oleh orang-orang di sekitarnya.
Ciri-ciri pembohong mythomaniac :
1. Selalu merasa dirinya lebih baik dari siapapun
2. Dia tidak menghargai kejujuran, bahkan sama sekali tidak juga menghargai kepercayaan
3. Sangat percaya apa yang dikatakannya benar padahal jelas tidak benar buat orang lain.
4.Berbohong untuk mendapat simpati dan terlihat baik
5. Pintar memanipulasi suatu keadaan, dengan cara yang menurutnya lucu, tanpa menghiraukan perasaan orang yang dibohonginya.
6. Dia tidak pernah mengakui kebohongan yang dilakukannya, karena apa yang dilakukan dalam benaknya adalah satu kebenaran.
7. Berupaya untuk meyakinkan orang-orang di sekitarnya, dengan melakukan suatu perbuatan yang seolah-olah adalah satu kebenaran. Padahal sesuatu yang sudah dia rekayasa dengan berbagai cara.
Sumber :
Orang Baik
Orang baik tidak akan pernah menunjukkan kepada orang lain bahwa dia telah melakukan perbuatan baik. Tetapi orang jahat akan selalu menunjukkan kepada orang lain bahwa perbuatannya selalu baik.
Orang baik akan melakukan perbuatan baiknya secara sembunyi-sembunyi dari mata manusia karena dia yakin Allah Maha Melihat. Tetapi orang jahat dan munafik akan selalu menunjukkan perbuatan baiknya karena ingin dilihat oleh manusia dan dia buta hati bahwa Allah Maha Melihat.
Intuisi
Intuisi....
Seringkali dialami oleh kita berupa isyarat alam atau satu bayangan dalam fikiran yang tidak pernah terpikirkan. Saat intusi itu muncul, seringkali saya mengabaikan. Karena, saya fikir itu hanya perasaan sesaat. Tetap melakukan perbuatan yang sebelumnya "diperingatkan" oleh intuisi untuk tidak melakukannya. Maka, terjadilah apa yang tersirat dalam intuisi itu menjadi kenyataan.
Suatu waktu, paginya sebelum berangkat. Tiba-tiba ada bayangan dalam fikiran. Kendaraan saya ditabrak angkot dari belakang. sayapun tetap berangkat kerja. Sore harinya, saat akan pulang. Lalu lintas macet total. Ketika, sedang asyik melihat lalu lintas yang macet. Tiba-tiba, BRAK! Mobil berguncang kerras. Tubuh terdorong ke depan. Untung memakai sabuk pengaman. Sehingga tidak terlempar ke depan dan membentur kaca.
Sesaat, terdiam karena kaget dan bingung. Melihat ke depan, takutnya saya yang menabrak mobil yang di depan. Alhamdulillah, tidak. Lalu saya lihat ke belakang via spion atas. Ternyata sebuah angkot, telah mencium belakang kendaraan saya.
Kejadian lainnya, saat akan menjemput si bungsu. Tiba-tiba terlintas, ada beca nyelonong dan menabrak dari samping. Tapi, saya abaikan. Tidak lama kemudian, DUK! Sebuah becak, telah mencium bagian samping kendaraan. Penyok!
Dua minggu lalu, muncul lagi intuisi. Hujan lebat yang disertai angin kencang. Kali ini, saya mengikuti kata hati. Plus nasihat dari istri saya. Hati-hati, mending jangan ikutan. Saya pun menurut. Tidak ikut kegiatan apapun. Namun, saya tidak bisa membuktikan makna dari intuisi yang muncul tersebut.
Kemarin pagi sebelum kerja, muncul lagi seperti bayangan hujan lebat disertai angin kencang. Tetap, beraktifitas seperti biasa. Tapi, tidak ikut kegiatan yang seharusnya masuk agenda minggu ini. Malamnya, beberapa teman mengajak ikut bergabung dan berangkat malam itu. Tapi lagi-lagi saya teringat intuisi yang muncul sampai dua kali. Jadi saya tetap bertahan tidak ikut, dengan catatan saya memastikan akan berangkat sendirian subuh pukul 5 pagi.
Pukul 04.30 mata sudah tidak bisa dipejamkan. Akhirnya langsung mandi dengan air hangat yang sudah disiapkan istri saya. Sambil tetap dia wanti-wanti, hati-hati. Kalau ada sesuatu lebih baik mundur teratur. Selesai solat subuh dan semua persiapan sudah lengkap. Saat membuka, pintu dan akan membawa sepeda keluar. Hujan pun turun tiba-tiba dengan sangat lebat disertai angin kencang yang meniup pepohonan sampai doyong hebat. Bahkan, seperti nyaris runtuh. Kejadian tersebut persis, seperti yang muncul dalam fikiran beberapa waktu lalu. Batal gak jadi berangkat. Sepeda diparkir dan tiduran lagi, sambil berharap hujan deras dan angin kencang berhenti.
Pukul 8.20 akhirnya hujan berhenti. Tapi, cuaca masih mendung. Awan gelap di arah barat terlihat melapisi langit. Pamit sama istri saya, berangkat sambil membawa sepeda ke luar. Pada waktu akan naik sadel, tiba-tiba muncul lagi sebuah bayangan yang menggambarkan ban gembos. Segembos-gembosnya! Tidak saya hiraukan. Tatap naik sadel, dan melaju menuju arah Bandung.
Baru mencapai 4 km dari rumah, tiba di pertigaan Jalan Ahmad Yani dan Jalan Cimanuk. Sepeda dihentikan, karena Garmin lupa dinyalakan. Dua menit kemudian, saat pedal akan dipacu. Ada yang tidak nyaman. Saya lihat ke bawah. Ban belakang gembos-segembosnya. Tidak ada udara sama sekali! Akhirnya, memutuskan untuk BATAL!
Jangan abaikan intuisi!