Bodoh, adalah kata sifat yang menunjukkan kurangnya ilmu terhadap satu informasi yang bersifat subjektif. Kata bodoh berbeda dengan rendahnya tingkat kecerdasan. Bodoh lebih bersifat karena lemahnya otak seseorang karena malas untuk belajar. Misal, kualitas kepintaran, kecerdasan intelektual dan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang.
Kata bodoh, menggambarkan keadaan seseorang yang tidak menyadari, tidak memahami terhadap sesuatu hal karena ketidakmampuan seseorang untuk belajar dari sesuatu atau lingkungan. Karena itu, orang pintar belum tentu cerdas. Tapi, orang cerdas sudah pasti pintar. Kepintaran lebih mengandalkan pada otak, sedang kecerdasan lebih mengutamakan sikap, mental dan perilaku.
Dalam pepatah bahasa sunda dikenal "bodo alewoh" artinya, seseorang sadar dirinya bodoh tapi masih mau belajar dan bertanya agar dia mengerti. Orang seperti itu mau menerima kekurangmampuan dirinya dengan berupaya untuk mengerti dengan bertanya. Misal; banyak dari kita yang bertanya pada anak kita bila menemukan kesulitan pada aplikasi HP. Itu, membuktikan kita mau mengakui kekurangan diri kita tapi ingin mengerti dengan bertanya pada anak kita.
Ada juga peribahasa Sunda, "bodo katotoloyo", mengandung arti orang yang bodoh tapi tidak mau bertanya. Sifat orang yang seperti ini, biasanya dibarengi dengan penyakit hati. Naif dan tidak mau mengakui kekurangan diri sendiri. Cenderung mencari alasan atau pembenaran terhadap kekurangmampuan dirinya sendiri. Lebih suka menutup kebodohan dirinya, dengan membuat argumen balik yang licik dan picik untuk menutupi kebodohannya.
Orang seperti lebih suka main SMS ; Senang melihat Manusia Susah, Susah melihat Manusia Senang. Pintar bersilat lidah, memutar balik fakta. Yang salah jadi benar, yang benar jadi salah. Lebih cepat dan lebih suka menerima keburukan atau kejelekan daripada menerima kebaikan dan kebenaran. Sifatnya sangat membenci kebenaran dan tidak suka terhadap kebaikan. Hatinya sudah tertutup nafsu, merasa diri paling pintar, melebihi kepintaran orang lain.
Bila terdesak, mereka tak segan, mengeluarkan argumen di luar nalar dan irasional. Yang bagi lawan bicaranya, kata-katanya justru menjadi seperti lawakan. Misalnya, saat banyak orang kebanyakan kesulitan karena naiknya harga-harga sembako. Sambil senyum sinis, dan mata melotot mereka akan berkata: Kalau tidak mau naik harga-harga, pindah aja ke bulan!
Untuk menghadapi orang bodoh katotoloyo, cukup mudah saja yaitu: Jangan dilayani! Karena kalau dilayani akan makin terlihat kebodohannya. Orang tersebut bahasanya akan makin kasar dan kotor, penuh kebencian plus caci maki terhadap kita. Bahkan, sekalipun dibiarkan dan tidak dilayani orang bodoh itu, akan terus memancing dengan kata-kata dan perbuatan provokatif untuk memancing kemarahan kita. Sebagai orang yang masih sehat otak dan sehat mental, sebaiknya kita diam. Jangan melayani perbuatan seperti itu.
Imam Syafi’i Rahimahullah berkata:
# Apabila orang bodoh mengajak berdebat denganmu, maka sikap yang terbaik adalah diam, tidak menanggapi.
# Apabila orang bodoh mengajak berdebat denganmu, maka sikap yang terbaik adalah diam, tidak menanggapi.
# Sikap diam terhadap orang bodoh adalah suatu kemulia’an. Begitu pula diam untuk menjaga kehormatan adalah suatu kebaikan
# Apakah kamu tidak melihat bahwa seekor singa itu ditakuti lantaran ia pendiam ? Sedangkan seekor anjing dibuat permainan karena ia suka menggonggong?
Menghindari perdebatan dengan orang-orang bodoh adalah sikap terbaik dan merupakan sikap hidup dari orang-orang alim dan bijaksana. Diam untuk tidak berdebat dengan orang bodoh adalah sikap terbaik untuk membuktikan bahwa kita adalah manusia yang masih waras.
No comments:
Post a Comment