oleh: Dess2019
Hari minggu kemarin bersepeda dengan teman-teman di tengah hutan Darajat. Hutan ini terkenal masih angker dan jarang diinjak oleh manusia. Selama perjalanan yang cukup menantang. Tidak jarang, kita harus merangkak di bawah pohon atau akar dengan membawa sepeda pada posisi menanjak.
Sudah kali kelima bertualang ke hutan ini. Kondisi yang sulit tidak menjadikan kapok. Istilah bahasa Sundanya, daripada kapok kalah gawok. Kejadian aneh dan penuh mistis yang dialami, tidak membuat kami jera.
Pernah terjadi, seorang teman sedang merokok. Saat akan dihisap, rokok yang disisipkan di dua jarinya tiba-tiba lenyap! Kejadian lain, seorang teman yang sudah sepuh. Yang biasanya ceria penuh gelak tawa, tiba-tiba jadi pendiam dengan muka pucat. Usut punya usut, saat kembali ke kota. Ternyata dia melihat harimau hitam, dengan mata buas akan menerkamnya!
Kejadian horor dan mistis yang dialami kemarin lebih kasat mata. 20 orang yang ikut bersepeda kemarin menyaksikan sendiri kejadian gaib. Amat sangat horor. Membuat semua terdiam membisu. Bulu kuduk masing-masing dipastikan merinding. Muka kami menjadi pucat tidak terkira.
Saat sedang istirahat, makan siang dan menyeduh kopi hitam dengan mendidihkan air dengan trangia. Seperti biasanya, saya mengumpulkan sampah yang berserakan di sekitar. Sampah plastik dan bungkus rokok atau kertas nasi peninggalan manusia yang tidak bertanggung jawab.
Sampah tersebut kemudian dibakar, di tengah-tengah kami. Yang ngobrol ngalor ngidul, sambil nyocol, ketawa ketiwi. Saya lihat, sebuah korek gas tergeletak. Entah milik siapa. Kebetulan sampah yang dibakar basah, sehingga susah menyala. Dan melayanglah, korek gas tersebut ke dalam bara secara ajaib. Seorang teman yang melihat, langsung berupaya menyelamatkan korek gas tersebut dengan kakinya. Tapi tidak berhasil.
Melihat gelagat tersebut semua menjauh dari api. Kecuali Pa Nana, yang sudah berusia 73 tahun. Tubuhnya kecil kurus. Kulit hitamnya sudah keriput, dengan gigi sudah tanggal semua. Walaupun begitu Terkenal Kobe, bedegong. Tenaga gowesna, anak muda pun banyak yang kalah. Bukannya menjauh, Pa Nana malah nyinyir : Ah, gak akan apa-apa!
Tak lama kemudian, saat kami kembali ngobrol. Tiba-tiba, wuuuush! Korek gas, yang dimasukan tadi meledak. Mengeluarkan api yang cukup besar. Kami semua, sampai terpental ke belakang, bahkan ada yang melompat karena kaget. Pa Nana, yang paling dekat dengan sumber api. Tubuhnya sampai terpental dari posisi duduknya! Semua terpingkal-pingkal, melihat Pa Nana terlompat dan terpental malah ketawa dengan mulut ompongnya!
Anehnya, mungkin karena kami terlalu berisik dengan kejadian tersebut. Tiba-tiba, entah darimana. Muncul seorang lelaki tinggi kurus. Saking kurusnya, terlihat pipinya menonjol keluar. Rambutnya seperti lidi, lurus dan jarang. Kulitnya hitam dengan baju merah darah. Matanya melotot, ke arah kami semua, penuh amarah.
"Hei!" Teriaknya, dengan suara menggeram. Gak ada yang berani menjawab.
"Hei!" Teriak lelaki mengerikan itu. Kami makin ketakutan. Semua diam.
"Hei! Siapa yang menggaji kamu?!"
"Hei!" Teriaknya, dengan suara menggeram. Gak ada yang berani menjawab.
"Hei!" Teriak lelaki mengerikan itu. Kami makin ketakutan. Semua diam.
"Hei! Siapa yang menggaji kamu?!"
No comments:
Post a Comment