Memasuki etape keenam
atau etape terakhir Jelajah Sepeda Banjarmasin-Balikpapan, pada Sabtu
(9/5/2015) atmosfernya tidak terasa seperti akan
menjalani etape. Mungkin karena pada etape ini jarak tempuh hanya 35 kilometer. Dari
Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, menuju Kota Balikpapan, Kalimantan
Timur. Etape keenam sepertinya Cuma funbike atau touring bike. Tapi walaupun begitu kita tetap berangkat awal
karena harus naik ferry menyeberangi Teluk Balikpapan, yang dalam waktu normal
memakan waktu satu jam. Mendung bahkan hujan
gerimis, mengiringi kepergian “orang gila” dari Penajam.
“Orang gila” itulah celetukan yang terdengar dari para penduduk lokal
yang saling berbisik diantara mereka pada saat kami lewat atau beristirahat di
warung, SPBU atau jongko batu akik.
Mungkin menurut mereka, sungguh kelakuan yang gak waras naik sepeda dari
Banjarmasin sampai Balikpapan dengan sepeda. Udah panas membara, jalan hancur,
naik – turun, yang total menempuh lebih dari 642 km. Naik mobil atau motor aja, bikin pantat
pegel. Apalagi dengan mengayuh roda duda, eh dua.
Jam menunjukkan 06.30 WITA, cuaca sejuk bahkan cenderung mendung
saat peserta mulai mengayuh pedal,
dengan kalbu rindu mencumbu jalan yang cenderung mendatar dari Hotel Ika di Petung, Penajam Paser Utara. Tiba
Kantor Bupati Penajam Paser Utara di Penajam pada pukul 7.15, langsung memasuki area kantor bupati dan disambut
Bupati Penajam Paser Utara beserta
Muspida setempat. Dilanjutkan dengan sarapan bersama dengan menu nasi kuning dan ketupat Penajam.
Pssst… ternyata di sini terjadi salah komunikasi. Ada yang menyebut kalau Bupati Penajam itu
bernama Budiman sama dengan Pimpinan Redaksi Kompas Budiman Tanurejo dan salah
seorang peserta jelajah yang juga
bernama Budiman Setiono hehehe…
Rombongan jelajah langsung memacu sepeda setelah bendera
start diayunkan oleh bupati tepat pukul 08.00. Seolah
berburu dengan waktu peserta menggowes 15 kilometer menuju
Pelabuhan Kariangau, Balikpapan. Entah
karena jalan yang rata dan atmosfer “finish” sudah terasa. Euphoria kemenangan begitu terasa. Jalan yang kata Abah Agus Hermawan mestinya
ada atanjakan malah tidak terasa sama sekali.
Bahkan, sempat terjadi perdebatan kalau rombongan bahkan tidak melewati
hotel tempat sebagian peserta menginap semalam.
Karena tidak terasa ada tanjakan!
Jalur sejauh 15 km dilahap tak lebih dari setengah
jam! Gerimis menangis kembali menyambut saat tiba
penyebrangan Teluk Balikpapan.
Langsung menaiki kapal feri untuk menikmati perjalanan
laut sekitar
1 jam.
Dokter Monic yang Unik
Sesaat setelah berada di dalam kapal ferry, dokter Monica seperti biasa
langsung “menjajakan” dagangannya yang dibagikan gratis kepada para
peserta. Dokter “kecil” yang tubuh
mungilnya dibalut cardigan abu-abu. Rambutnya
panjang hitam legam, mengkilap sebahu. Bentuk
mukanya mendaun sirih tampak bersahaja tanpa make up. Cantik. Dari
mulutnya, senyum simpul tak lepas menyapa calon pasiennya selama jelajah. Kaki jenjangnya berbalut celana jeans lincah lari ke sana kemari mengajak jari jemari lentiknya menari-nari membagikan vitamin c, multivitamin, tolak angin, oralit,
obat gosok, antimo dan obat-obatan lainnya.
Bahkan, tidak segan-segan dokter camperenik ini dibonceng sepeda motor agar bisa melihat kondisi fisik dan kesehatan peserta jelajah secara langsung di lapangan. Tidak lupa, jari lentiknya yang mungil dengan wajah tertutup kain syal lincah mengabadikan setiap moment jelajah menggunakan I-phone miliknya atau kamera milik para peserta yang dititipkan kepadanya. Mulut imutnya, tak henti berteriak: “Ayo-ayo siapa yang mau oralit! Oralit-oralit! Obat gosok, vitamin, neurobiron!”. Saat berada di dalam ferry, ia terus berputar, berkeliling kapal sambil teriak-teriak:”Antimo, antimo… ada yang butuh antimo?!” Tapi, sepertinya dia tak berdaya, saat ada peserta yang bertanya:” Dok ada kantung plastik… Kang Coe mabuk laut nih!”
Dihadang Tanjakan Edan
Mendarat di Pelabuhan Kariangau sekitar pukul 10.00 WITA rombongan disambut
sejumlah goweser dari Penajam dan
Balikpapan yang ikut mengiringi sampai Balikpapan. Rombongan
beristirahat sebentar di sebuah warung, dan menikmati teh panas manis, bolu
pasar dan kacang garing yang tidak garing lagi. Om Pipin, dengan toanya tak
henti “berdoa” teriak-teriak perihal teknis pemberangkatan dan memanggil setiap
peserta berdasarkan nomor. Untuk
kepentingan foto dokumentasi di sertifikat katanya.
Dengan kawalan patroli pengawal petugas
dari Polres Balikpapan peserta segera melahap tanjakan curam selepas dari
pelabuhan. Tidak panjang paling Cuma 100
meteran. Tapi lumayan, memerlukan teknik
untuk melahapnya. Ternyata jalan menuju
kota Balikpapan dari pelabuhan cukup membuat fisik lelah juga, karena walaupun
pendek-pendek tanjakan yang dilewati tapi jumlahnya lumayan.
Tanjakan pendek kalau banyak mah yang tetep aja ditotal mah jadi
tanjakan panjang juga! Konon hal itu
sangat wajar karena 70 persen wilayah Balikpapan berupa
perbukitan.
Beberapa kali di sini “ngepur” tante Indah, yang “dikasih” nyusul tapi
langsung ditempel sambil teriak-teriak “Ayoooo Indaaaah! Ayoooo Indaaaahhh!...”
akhirnya, ketinggalan lagi. Dikasih
nyusul lagi, ditempel lagi, sambil kembali teriak-teriak; “Ayooooo
Indaaaahhh!!!”, sambil ngikik! Karena sebel. Tante Indah langsung teriak
ngedumel:”Waaaa, sialaaannn! Jangan ngepur gitu dong! Mati gue!” Omelan disusul dengan ngakak berdua.
Setelah lebih kurang 12 kilometer dari pelabuhan menikmati tanjakan demi
tanjakan, peserta sampai ke protocol menyusuri jalan Rapak, kemudian menyusuri
Jalan Minyak. Rombongan kompak dan
utuh dalam barisan. Menikmati suasana jalan raya di Balikpapan. Di hutan kota milik Pertamina, tepatnya di
Jalan Minyak, rombongan ditahan oleh Om Pipin untuk sesi pemotretan, katanya!
Sambil nunggu giliran atau rombongan lain, peserta yang sudah difoto
menyempatkan diri berfoto ria.
Akhirnya peserta jelajah tiba di Pantai Melawai,
Balikpapan, rombongan berfoto sejenak. Sebagian para penggila batu akik, kembali berburu batu akik dipantai. Sebagian ahli hisap melepas lelah sambil
mengurangi nyawa dengan asap rokok. Ada yang
sibuk sendiri dengan tongsis senyam senyum sendiri, moto sendiri. Setelah rehat sejenak rombongan kemudian, melanjutkan perjalanan ke lokasi finish di Hotel Blue Sky.
Ternyata kembali ke jalan tadi kita datang. Judulnya, kembali nanjak!
Setengah mengebut karena ingin cepat-cepat finish. Rombongan mengayuh
sepeda setengah kesetanan, yang setengah lagi masih normal manusia yang butuh
minum. Rombongan jelajah tiba di hotel Blue Sky pukul 12.45.
Melihat baligo dan umbul-umbul biru bertuliskan KOMPAS di halaman hotel
itu. Seluruh peserta langsung berteriak “HOREEEEE!!!”. Diarahkan menuju basement untuk memarkir sepeda. Saat
tiba di parkiran, semua meluapkan kegembiraan. Saling menjabat tangan dan berpelukan. Mengacungkan tangan dan
mengepalkan tangan. Juga menyiram air ke teman-teman
mereka sembari tertawa-tawa penuh
kebahagiaan. Ibaratnya seperti “bucat
bisul” (pecah bisul).
Perjuangan selama 6 hari, 6 etap, 600 km lebih selesai sudah. Titik air mata, membuncah di pelupuk mata.
Tak sampai jatuh, tapi cukup membuat haru biru.
Sambil terus berteriak-teriak bersama-sama: "Orang
gilaaaa! Orang gilaaaaa! Orang gilaaaa! Orang gila!!!". Tawa suka dan tepuk tangan membahana diruang parkir.
(foto-foto: Agus Hermawan, Dimas Basudewo, Zoe Monica)