Gegeplak adalah makanan khas Jawa Barat, khususnya di kampung saya. Mungkin ada juga dari teman-teman yang tidak mengenal gegeplak. Apatah anak-anak zaman sekarang. Berbeda dengan geplak yang terdapat di Bantul yang terbuat dari parutan kelapa, santan. Gegeplak buatan Emak kami sangat khas. Harum dan lezat sekali. Terbuat dari tepung beras ketan, santan, gula aren dan parutan kelapa.
Masih terbayang dalam ingatan. Pada sekitar jam 10 malam takbiran. Emak selalu membuat kue gegeplak untuk anak-anaknya. Sering kali saya menyaksikan bagaiman gegeplak tersebut dibuat. Tepung beras ketan yang sudah diayak, disiram dengan air gula aren hangat-hangat. Sebelumnya, tepung beras untuk bahan gegeplak tersebut digarang sampai berwarna agak kekuningan. Sambil dicampur air gula aren hangat dan parutan kelpa. Adonan tersebut kemudian diaduk rata menggunakan tangan. Digulung, didorong, digulung, didorong di dalam baskom besar. Sambil terus ditambahkan rebusan air gula aren hangat, sedikit demi sedikit.
Adonan yang telah kalis dan bercampur rata, sedikit demi sedikit juga ditambahkan tepung beras. Sampai akhirnya menjadi padat. Berwarna merah kecoklatan. Selanjutnya dicetak dengan menggunakan cetakan dari kayu berbentuk jajarangenjang atau cukup ditekan, diratakan dengan sebuah botol yang digelindingkan di atas adonan yang terletak di dalam tampah. Setelah, rata dan memenuhi permukaan tampah dengan tebal lebih kurang 0,5 cm kemudian diiris-iris menggunakan pisau. Dibentuk sama persis seperti cetakan jajaranggenjang.
Setelah selesai, dan siap dimakan. Emak melanjutkan aktifitasnya dengan menggoreng rangginang. Saat ditanya. Jawaban Emak, setiap tahun pada malam yang sama, pasti memberikan jawaban yang sama pula. "Nanti kirimkan ke mesjid ya! Untuk yang takbir di mesjid!", biasanya tidak hanya gegeplak dan rangginang. Emak, juga menambahkan satu teko kaleng kopi hitam panas-panas!
No comments:
Post a Comment